sponsor

Select Menu

Data

OPINI

HUKUM

PENDIDIKAN

HOME » » Mengapa BMI Perempuan Rentan Diperkosa di Arab


Unknown 20:13 0

Mengapa TKW Rentan Diperkosa di Arab
BMI Korban Kekerasan Seksual
KORANMIGRAN, JEDDAH - Lima Buruh Migran Perempuan asal Indonesia di Arab Saudi kini mendekam di sel tahanan. Kondisi mereka kritis. Hukuman mati atau qhisas telah dijatuhkan, tinggal menunggu kapan eksekusi akan dilakukan.

Mereka didakwa dengan kasus pembunuhan. Di Arab – di mana nyawa dibayar dengan nyawa. Satu-satunya cara untuk lolos, BMI Perempuan harus mendapatkan maaf dari keluarga korban. Lalu membayar diyat atau ‘uang darah’. 

Seperti Tuti Tursilawati misalnya. Ia menghilangkan nyawa majikan yang kerap memerkosanya. Saat lari, ia juga jadi korban kebiadaban sembilan laki-laki yang menggilirnya. Juga Darsem, BMI Perempuan yang berhasil lolos dari algojo pancung karena membela diri dari ulah kejahatan seksual yang dilakukan majikannya.

Yang jadi pertanyaan, mengapa BMI di sektor PRT (Pekerja Rumah Tangga) di Arab rentan diperkosa?

Anis, aktifis DPW SBMI Jawa Timur di Surabaya mengatakan, itu karena tidak adanya perlindungan hukum pada pembantu rumah tangga. “Makanya saya kira penting bagi Arab Saudi juga pemerintah untuk meratifikasi konvensi ILO 169 tentang pekerja domestik,” kata Anis.

Konvensi ini dikeluarkan organisasi buruh internasional karena melihat rentannya perlindungan hukum bagi BMI di Sektor Pekerja Rumah Tangga (PRT).

Dalam konvensi itu, Anis menjelaskan, diwajibkan standar pendidikan, baik bagi buruh migran maupun domestik. ” Termasuk pendidikan paralegal, bagaimana pemahanan dan penyadaran tentang sistem hukum negara tempatan, risiko konsekuensi hukum jika mereka lakukan suatu tindakan,” kata dia.

Misalkan dalam kondisi terpaksa, dimana BMI Perempuan terus terjepit, mereka bisa melakukan upaya yang bisa mengurangi risiko hukuman mati.

Anis mengungkapkan, berdasarkan sejumlah hasil penelitian, kerentanan di Arab Saudi sangat tinggi, terutama potensi pelecehan seksual. “Kerentanan disebabkan Arab sangat patriarki, sangat diskriminatif. Menyetir saja perempuan baru dibolehkan akhir-akhir ini. Ada jurang perbedaan Arab dalam memperlakukan perempuan,” kata dia.

Selain itu banyak batasan yang diberlakukan di Arab dibandingkan negara lain. “Tak ada akses publik, banyak larangan. BMI Perempuan kita tak bisa ngapa-ngapain, nggak bisa keluar rumah,” kata dia. Bahkan ketika menjadi korban kekerasan, mereka tak tahu ke mana harus melapor.

Diungkapkan Anis, derita tak terperi dirasakan para BMI Perempuan yang diperkosa dan terpaksa membunuh atau dibunuh saat membela diri. Selain ancaman mati, mereka juga mengalami trauma. 

Duka juga dirasakan BMI Perempuan yang hamil akibat pemerkosaan. "Kalau Hamil itu, di bandara kepulangan BMI yang bebas dari hukuman, ada yang bawa anak, banyak yang hamil," kata dia. 

Menurut Anis, tak jarang BMI Perempuan yang dihamili justru dikriminalisasi. “Dipenjara dengan tuduhan beragam – sihir, mencuri, selalu dipakai. Untuk itulah meski dinyatakan bersalah oleh pengadilan Arab. Masyarakat harus mendukung, mereka layak dibela.”

Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia, Ramses D. Aruan mengatakan, sebenarnya tak hanya di Arab. Dimanapun persoalan pekerja domestik sulit diintervensi, diakses hukum.

“Meski di negara yang hukumnya bagus, acapkali kekerasan pekerja domestik gampang terjadi. Mereka rentan kekerasan," kata dia. 

Sebagai solusinya, perlu diatur jam kerja, detail kontrak kerja yang jelas. "Kalau bisa saya setuju jangan tinggal di rumah majikan. Kalaupun tinggal serumah, kunci kamar dipegang sendiri," saran Ramses soal solusi atas kelemahan perlindungan terhadap BMI.

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.