sponsor

Select Menu

Data

OPINI

HUKUM

PENDIDIKAN

HOME » » Paguyuban BMI: Stop Kirim Pekerja Informal ke Malaysia


Unknown 22:24 0

Paguyuban Buruh Migran Banyumas
SBMI, Purwokerto - Paguyuban Buruh Migran Se-Banyumas mengecam iklan “TKI on Sale” yang disebar di Malaysia beberapa waktu kemarin. Mereka mendesak pemerintah menghentikan pengiriman BMI sektor informal ke Malaysia.

Kepala Pusat Penelitian Gender, Anak, dan Pelayanan Masyarakat (PPGAM) Universitas Jenderal Soedirman,Tyas Retno Wulan mengatakan buruh migran yang bekerja di Malaysia tidak memperoleh perlindungan hukum yang layak.

“Implikasinya, mereka sangat mudah diperlakukan tidak manusiawi dan tidak mendapatkan hak-haknya,” kata Tyas Retno Wulan, Kamis (1/11).

Menurut Tyas, buruh migran memilih Malaysia menjadi tujuan favorit karena alasan yang pragmatis. “Persyaratannya tidak sulit. Pergi ke Malaysia juga sebagai persiapan sebelum pergi ke negara yang lebih menjanjikan,” ujarnya.

Ketua Paguyuban Perempuan dan Buruh Migran Seruni, Lili Purwani berharap tidak ada lagi BMI yang mendapatkan perlakuan tidak baik di luar negeri. “Kami berharap mantan buruh migran tidak kembali lagi ke luar negeri,” kata Lili.

Di Jakarta, Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Migran Berdaulat berunjuk rasa di depan Istana Negara. Mereka mendesak pemerintah menyelidiki kasus iklan “TKI on Sale” dan membongkar siapa pelakunya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta mengevaluasi kinerja Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur yang dinilai tidak serius melindungi buruh migran di Malaysia.

“Reaksi pemerintah sangat standar, biasa saja. Mereka tidak mau tahu di balik iklan itu. Padahal menurut penelusuran Migrant Care, iklan itu punya agen, jaringan terorganisir yang memperdagangkan tenaga kerja Indonesia,” kata Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah. (VHRmedia)

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.