"KBRI Kuala Lumpur mengatakan Anita pernah urus SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor), dari situ diketahui Anita tinggal di Malaysia secara ilegal. Dia datang dengan kapal tongkang," kata Tatang pada 12 Februari 2014 di kantornya.

Menurut keterangan KBRI Kuala Lumpur, kata Tatang, Anita tinggal di Malaysia bersama kakak angkatnya yang bernama Eli. Ia terakhir bertemu Anita dua pekan sebelum kematian TKW asal Binjai, Sumatera Utara, itu. Tatang menuturkan saat ini tengah melakukan pendalaman untuk mengetahui ihwal tewasnya Anita dan mencari tahu pihak yang bertanggung jawab. Sebab, jenazah Anita sudah membusuk saat ditemukan di perairan Bagansiapiapi Sinaboi, Provinsi Riau.

"Dari data yang ada di KBRI, yang bersangkutan memang pernah mengurus Surat Perjalanan Laksana Paspor di KBRI pada 15 Agustus 2013," kata Fungsi Konsuler KBRI Kuala Lumpur Dino Nurwahyudin saat ditemui Tempo di ruang kerjanya, 11 Februari 2014.

Sebagai dokumen pendukung bahwa Anita memang warga negara Indonesia, ia membawa kartu keluarga yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Binjai saat memohon SPLP. Kepada petugas yang melayaninya saat itu, Anita mengaku masuk ke Malaysia pada 15 Juni 2013 dan bekerja sebagai pencuci piring di salah satu restoran di negara bagian Penang, Malaysia, sebelum akhirnya bekerja membantu kakak angkat korban di Kuala Lumpur.

Saat ini, menurut Dino, pihaknya berusaha menelusuri informasi mengenai keberadaan kakak angkat korban. Sebab, saat mengurus SPLP, Anita mengaku bekerja dengan kakak angkatnya. "Kita juga berusaha mengungkap penyebab kematian Saudari Anita dengan menelusuri setiap informasi satu-satu," kata Dino.

Selain itu, Dino berharap pihak keluarga dan pihak terkait di Indonesia melakukan pemeriksaan forensik terhadap jasad Anita agar usaha untuk mengungkap penyebab kematian Anita Purnama Boru Huahuruk didukung dengan bukti-bukti forensik.