Inggris Cabut Izin Agen Tenaga Kerja
Unknown
23:27
0
Human Trafficking |
SBMI, Kent – Otoritas Inggris mencabut izin sebuah agen penyedia pekerja migran musiman karena terlibat perdagangan manusia dari Lituania, Senin (29/10). Perusahaan gangmaster (istilah untuk bisnis ini) tersebut menyediakan pekerja untuk Noble Foods, yang memasok telur premium ke beberapa perusahaan ternama, termasuk McDonald’s dan Tesco.
Otoritas Lisensi Gangmaster (GLA) mencabut izin gangmaster ini untuk menindaklanjuti operasi gabungan kepolisian Kent, GLA, dan Biro Kejahatan Berat Terorganisir (SOCA), 5 Oktober 2012. Operasi ini dimaksudkan untuk membebaskan lebih dari 30 pekerja Lithuania yang diduga diperdagangkan ke Inggris.
Pada razia yang digelar subuh itu, polisi menangkap dua pegawai perusahaan tersebut, seorang pria 52 tahun dan perempuan 50 tahun. Mereka dituduh memperdagangkan manusia demi tujuan eksploitasi tenaga kerja. Keduanya kemudian dibebaskan dengan jaminan, namun dilarang untuk berkomunikasi dengan para pekerja.
Padahal, sebagai sesama anggota Uni Eropa, warga Lituania dapat bekerja secara legal di Inggris. Kini, mereka telah dipindahkan ke bawah pengawasan Pusat Perdagangan Manusia Inggris.
Dikabarkan, para pekerja itu diikat dengan hutang, dipaksa untuk bekerja 17 jam per-shift, diangkut dengan bus malam ke peternakan-peternakan berbagai penjuru, tidur di mobil van, beberapa minggu pernah tidak diupah, dan diawasi polisi-polisi Lituania yang menggunakan kekerasan terhadap mereka. Beberapa ekor anjing yang dipakai untuk menakut-nakuti para pekerja pun telah diamankan dari properti perusahaan tersebut.
Para pekerja menyatakan, mereka dijanjikan mendapat pekerjaan bagus dan diharuskan membayar 350 poundsterling (sekitar 5,3 juta rupiah). Mereka membayarnya dengan potongan 50 poundsterling dari upah mingguan mereka yang senilai 100 poundsterling per pekan.
Mereka bekerja tanpa pelatihan atau peralatan keamanan. Mereka pun tidak menggunakan masker wajah, padahal harus bekerja di antara aroma tidak sedap dan debu. Dalam perjalanan malam, mereka tidak diizinkan berhenti untuk buang air. Di jeda pekerjaan antar peternakan, mereka “disimpan” di van yang parkir di pinggir jalan.
Pada akhir pekan, mereka dibawa ke Kent. Di sana, 15 pria ditempatkan dalam sebuah rumah kecil yang lembab dan jorok. Matras yang mereka tiduri berkutu. Untuk akomodasi buruk ini, mereka harus membayar 40 poundsterling yang dipotong dari upah mingguan mereka.
Mereka diancam untuk tidak membuka rekening di bank atau mendaftar untuk mendapatkan nomor asuransi nasional. Upah mereka diberikan dalam bentuk cek. Untuk menguangkannya di cabang lokal Money Shop, mereka bisa kehilangan 12 poundsterling per transaksi penukaran.
Beberapa pekan mereka tidak diupah dengan alasan mengada-ada, seperti gelas kotor di dapur atau aroma alkohol di napas seorang pekerja saat hari libur.
Para pekerja itu melaporkan disiksa oleh polisi-polisi Lituania yang dibayar oleh gangmaster. Bila mereka mengeluh, mereka akan dipukuli lagi.
Saat ditanyai oleh The Guardian, gangmaster tersebut menolak berkomentar dengan dalih sedang diinvestigasi oleh kepolisian.
Noble Foods pun menolak berkomentar banyak. “Noble Foods adalah satu dari banyak perusahaan yang bekerja di industri perunggasan yang telah menggunakan jasa gangmaster ini. Setelah diberitahu mengenai tindakan kepolisian Kent, kami segera berhenti menggunakan organisasi tersebut. Karena investigasi kepolisian sedang berlagsung, tidak pantas bagi kami untuk berkomentar lebih jauh,” tulis Noble Foods dalam pernyataan resminya, dikutip guardian.co.uk.
Juru bicara jaringan supermarket Tesco menyatakan, “Kami akan bekerja sama dengan GLA, pemasok kami, dan lain-lain untuk memastikan praktik yang baik di seluruh sektor.” Sementara, McDonald’s menolak berkomentar.
Jumlah korban perdagangan manusia ke Inggris semakin tinggi, seperti tercantum di laporan antar kementerian Inggris pekan lalu. Menurut GLA, eksploitasi ekstrim di jalur pemasokan ke perusahaan-perusahaan cepat saji dan supermarket masih merupakan masalah serius. Eksploitasi warga Lituania dan negara-negara Eropa timur lain semakin meningkat. Otoritas mencurigainya sebagai kejahatan terorganisasi, karena terkait dengan penipuan, pencucian uang, pengemplangan pajak, dan kekerasan terhadap pekerja.(VHRmedia)
No comments