Nisma Abdullah: Luka Hati Kami
Unknown
23:05
0
Malaysia, Luka Hati Kami |
SBMI, Jakarta - Pengaruh hubungan Malaysia dengan Indonesia pada awalnya berangkat dari pemahaman identitas keserumpunan. Berasal dari kenyataan bahwa Malaysia merdeka setelah Indonesia yang dalam sejarahnya ada hubungan saling membantu, dan ada perasaan senasib sepenanggungan sebagai negeri yang sama-sama terjajah. Kedua negara dikenal sebagai negara serumpun karena memiliki banyak kesamaan akar budaya, sejarah kerajaan, agama bahkan keturunan. Sehingga kondisi ini dipakai kedua negara dalam menyelesaikan masalah di antara keduanya.
Malaysia dipandang respect dalam hubungan kedua negara. Namun dalam kurang lebih dua dekade belakangan ini, pemahaman Malaysia tentang Indonesia mengalami perubahan. Salah satu sebabnya adalah pandangan yang terbentuk karena bersinggungan dengan BMI/TKI, laporan-laporan media dan pernyataan para pemimpin Malaysia tentang pekerja Indonesia. Ini membentuk pemahaman bahwa Malaysia lebih maju, lebih berkembang, lebih stabil dan aman daripada Indonesia. Asumsinya Malaysia lebih mampu mengelola sumber-sumber daripada Indonesia.
Hubungan Indonesia Malaysia sudah tidak harmonis ditingkat sebagian masyarakat Indonesia karena dipicu beberapa peristiwa seperti klaim Malaysia terhadap produk budaya dan karya Indonesia. Juga Malaysia yang memenangkan kedaulatan terhadap pulau Sipadan dan Ligitan dan klaim Malaysia terhadap wilayah laut blok Ambalat di Laut Sulawesi.
Dari kejadian-kejadian itu semakin terlihat Malaysia adalah negara yang arogan, menginjak harkat wibawa Indonesia. Sudah seharusnya pemerintah Indonesia tidak perlu segan-segan lagi melakukan konfrontasi seperti zaman Bung Sukarno. Sudah saatnya Malaysia diberi pelajaran dari kesemena menaan perlakuan kebijakan mereka. Semakin kompleksnya hubungan Indonesia Malaysia akhir-akhir ini karena bertubi tubi kebiadaban di pertontonkan oknum-oknum kelembagaan negara Polisi Diraja Malaysia terhadap Buruh Migran Indonesia. Beragam pula pola penistaan dilakukan Malaysia terhadap negeri ini baik itu pencaplokan batas wilayah, pengklaiman seni budaya, penembakan hingga pengkerdilan harkat kemanusiaan rakyat Indonesia melalui iklan diskon pekerja rumah tangga asal Indonesia.
Keterhinaan, melahirkan sakit di hati rakyat Indonesia akan semua ini. Suara-suara tuntutan, hujatan, cacian mengalir ditujukan kepada Pemerintah untuk mengambil sikap tegas terhadap negara tetangga ini.
Namun Pemerintah tetaplah pemerintah yang hanya mampu memberikan argumen-argumen tentang hubungan diplomatik kedua negara. Meyakinkan pada rakyat tentang tindakan pemerintah yang memprotes tegas melalui nota diplomatiknya mengenai semua kekejian. Yang ada pemerintah membendung kemarahan publik terhadap Malaysia karena takut kepentingan Malaysia di Indonesia akan terancam.
Sungguh miris, kekejian demi kekejian yang dialami Rakyat khususnya buruh migran Indonesia hanya disikapi dengan nota diplomatik yang tidak jelas bentuk penyelesaian hukumnya, sehingga hanya melahirkan kekejian-kekejian dan arogansi-arogansi berikutnya.
Nota kesepakatan (MOU) yang ditandatangani bersama di Bandung tahun 2011 tentang penempatan dan perlindungan Buruh Migran Indonesia ke Malaysia hanyalah lembar-lembar kertas tak berguna karena nihil implementasi.
Sadarkah pemerintah bahwa hati rakyat ini telah terluka, luka yang teramat sangat. Ingin rasanya rakyat meluapkan luka amarah ini dengan peperangan, peperangan demi harkat martabat sebagai rakyat bangsa yg dihinakan oleh bangsa lain.
Jakarta 11 November 2012
"LAWAN SEKARANG ATAU TERTINDAS SELAMANYA"
Nisma Abdullah
Ketua Umum SBMI
No comments