sponsor

Select Menu

Data

OPINI

HUKUM

PENDIDIKAN

HOME » » SBMI dan Masyarakat NTT


Unknown 23:33 0

Menyebut dua nama ini sebenarnya tidak ada hubungannya kalaupun ada hanya hubungan personal, karena ketika menyebut SBMI maka orang langsung mengarahkan pikiran kepada sebuah Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang anggotanya adalah rakyat Indonesia yang terpaksa atau dipaksakan menjadi pekerja migrant dan ketika menyebut Masyarakat NTT sebagian orang akan dengan muda mengenal entah itu karena fisi tetapi juga karena daerah ini menjadi salah satu daerah asal pengirim BMI yang termasuk empat besar di Indonesia.


Sepulang mengikuti Konggres SBMI di Jogjakarta bulan Juli 2011 saya yang semula menggeluti kegiatan sebagai Volunteer Traficking dan Sosial lainnya semakin menaru perhatian pada persoalan Buruh Migran karena ternyata berbicara tentang persoalan Buruh Migran Indonesia sangat pelik sejak perekrutan, penempatan dan saat berada di Negara penempatan yang sangat banyak terindikasi Traficking. Peliknya persoalan BMI ini menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam melakukan kerja Advokasi, tetapi yang membuat semakin menantangnya karena kita dituntut juga melakukan kerja-kerja konsolidasi karena sebuah SERIKAT akan sekedar nama jikalau kerja konsolidasi diabaikan.

Setelah seminggu di Batam sepulang dari Jogjakarta saya memutuskan untuk pulang ke Kampung Halaman karena diberitakan orangtua jatuh sakit. Kepulangan kali ini selain karena keperluan keluarga saya terpanggil melakukan kerja konsolidasi di NTT yang semua kita tahu sebagai salah satu daerah pengirim BMI. Dengan melakukan kerja2 konsolidasi ini saya mengetahui begitu banyak persoalan BMI asal NTT yang tidak pernah tertangani dengan baik. Oleh karena itu saya sempat bepergian di Pulau Timor dan Flores melihat dari dekat pola hidup masyarakat NTT sehingga memilih hidup sebagai pekerja Migran.

Dari pengamatan, saya menemukan selain karena persoalan EKONOMI ternyata Migrasi merupakan sesuatu yang sudah menjadi kultur sebagian masyarakat NTT ini bisa kita temui di kehidupan Masyarakat Lamaholot. Masyarakat Lamaholot sudah lama melakukan migrasi dari satu pulau ke pulau lain bahkan keluar negeri, maka jangan heran kalau sekali – kali anda bepergian di Kepulauan Lingga Kepulauan Riau anda akan dengan muda menemui Perantau asal NTT yang sudah sejak tahun 50’an mendiami pulau – pulau yang ada didaerah ini. Memilih menetap didaerah ini karena ketika tahun itu muda bepergian ke Singapura yang saat itu sangat menjanjikan. 

Kalau begitu apa hubungan antara SBMI dan Masyarakat NTT?

Yang pasti hubungannya karena seperti yang saya ungkapkan diatas bahwa ketika Serikat Buruh Migran Indonesia mengklaim diri sebagai Sebuah serikat Pekerja Migran maka NTT harus menjadi daerah perhatian khusus dari SBMI. Ini harus dilakukan agar BMI NTT tidak sekedar mengenal SBMI ketika dideportasi oleh Negara dimana mereka bekerja dan juga sebaliknya SBMI tidak sekedar mengenal BMI NTT yang terkena kasus atau karena ada Proyek yang berhubungan dengan daerah ini.

Selain karena hubungan diatas sejak saya diminta menempati posisi di Departemen Agitpro DPN SBMI dan sebagai putera NTT saya coba membangun komunikasi dengan beberapa aktifis asal NTT yang saat ini memilih menetap di Jakarta. Dari komunikasi yang kami lakukan ternyata sangat bermanfaat karena dengan itu Sekretariat Nasional (Seknas) SBMI sering dikunjujngi masyarakat perantau asal NTT khususnya para Aktifinya..

SBMI dan masyarakat pekerja Migran harus selalu saling bersinergi membangun pemahaman yang sama tentang bagaimana bermigrasi yang aman…

Cipinang Kebembem Raya No 10
Kamis 30 Agustus 2012

Andreas Soge

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.