SK Trimurti, Menteri Buruh Yang Berlawan
Unknown
16:21
0
SK Trimurti, Menteri Buruh Berlawan |
Sesampai di pusara itu, para aktivis perempuan itu memegang batu nisan yang diziarahi. Mereka ternyata duduk diam disamping makam mantan menteri perburuhan pertama Indonesia. Miris sekali ternyata makam ini, hanya ada dua pucuk bunga plastik lusuh bernoda tanah di sana. Makamnya pun tampaknya amblas tak terawat. Ironis.
Tercatat dalam sejarah, SK Trimurti merupakan pahlawan bangsa. Dia adalah tonggak perjuangan buruh perempuan. Perjuangannya luar biasa. Ia juga pahlawan buat perempuan Indonesia. Pejuang kemerdekaan sekaligus buruh pejuang," komentar seorang aktifis buruh perempuan ketika ditanya siapa itu SK Trimurti.
Tri (panggilan SK Trimurti) memiliki sifat sebagai sosok perempuan pemberani. Tri punya militansi yang luar biasa dan yang paling menonjol adalah dia perempuan yang tidak pernah punya rasa takut. Itu yang tak dipunyai banyak perempuan di negeri terjajah ini. Dia pernah dipenjara ketika umur 25 tahun dan dia terus berjuang tak pernah menyerah. Pikiran dan idenya tak pernah mati.
Sampai akhir hidupnya, SK Trimurti meninggal dalam posisi miskin. Tak punya rumah, hanya mampu mengontrak rumah sederhana di Bekasi, sebelum kemudian dia meninggal. Tak seperti menteri-menteri zaman sekarang ini yang bertabur fasilitas mewah.
Pada saat aktif di Partai Buruh Indonesia, 18 bulan setelah merdeka Trimurti mendapat tawaran menjadi menteri. Trimurti ditawari untuk masuk ke dalam kabinet dan menjadi menteri tenaga kerja pada era 1947-1948. Trimurti saat itu ditawari sebagai menteri oleh Setiajid, salah satu anggota formatur kabinet yang juga rekan separtai. Pertama, ajakan menjadi menteri dijawab spontan, tidak!
"Saya merasa tidak mampu, saya belum pernah menjadi menteri," kata Trimurti dikutip dari buku SK Trimurti, wanita pengabdi bangsa karya Soebagijo IN terbitan PT Gunung Agung. Mendengar jawaban Trimurti, Setiajid menukas. "Bung Karno juga belum pernah menjadi presiden." Semalaman Trimurti berpikir sebelum menerima jabatan sebagai menteri. Bagi Trimurti, jabatan adalah harus bisa dipertanggungjawabkan, tidak bisa asal diambil karena menjanjikan kedudukan. Posisi sebagai menteri dijalani Trimurti dengan penuh pengabdian meskipun kondisi bangsa yang semrawut dalam bidang politik dan ekonomi akibat rongrongan Belanda.
Selepas berhenti dari jabatannya, Trimurti kembali ke bangku kuliah. Tetapi, di saat mereguk nikmatnya kebebasan pendidikan Soekarno menawari Trimurti untuk menjadi menteri sosial pada tahun 1959. Tak tergiur dan tak ingin dianggap haus kekuasaan, Trimurti menolak. Dia lebih memilih tetap menjalani kehidupan sebagai mahasiswa ekonomi di UI.
Berbeda dengan kehidupan mantan menteri di zaman sekarang ini, Trimurti selama sisa hidupnya terang-terangan menolak semua pemberian dan fasilitas negara. Padahal itu adalah haknya.
Jika ada mantan menteri yang merasakan berbagai macam penderitaan demi kemajuan bangsa dan negaranya, salah satunya adalah SK Trimurti. Suka duka silih berganti, keluar masuk penjara, hidup melarat, dikejar-kejar musuh, berpisah dengan keluarga menebalkan semangat pengabdian SK Trimurti pada bangsa dan negaranya.
Trimurti adalah sosok pejuang yang tidak pernah setuju dengan ungkapan: tujuan menghalalkan setiap sarana (Het doel, heilight de midellen). Sebab kalau begini, orang bisa menyiksa, mengkhianati orang lain, mencelakakan orang lain demi tujuan pribadi atau golongan.
Dengan kesederhanaan dan keterbatasan ekonomi Trimurti menjalani hidupnya hingga berhenti di ujung umur yang ke 96. Penyakit tekanan darah tinggi dan gangguan hemoglobin merenggut nyawanya. Trimurti meninggal di RSPAD Gatot Soebroto. Sebelum meninggal, Trimurti tinggal di rumah kontrakan yang sempit di Bekasi.
Bentuk kongkrit perjuangan politiknya, adalah mendirikan organisasi Gerwis (Gerakan Wanita Sedar) yang kemudian jadi Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia), menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) Majalah Pesat, Pemred Pikiran Rakyat, dan membangun majalah-majalah alternatif guna memberikan alternatif bacaan buat perempuan. Dia bahkan sampai jualan botol dan daun pisang untuk menerbitkan selebaran-selebaran untuk dibagi-bagi.
Sebagaimana sebagai pejuang, Trimurti pun pernah diburu-buru Belanda. Demi menghindari kejaran, Trimurti pun berjalan kaki mengitari Jakarta. Dia terus berpindah dengan jalan kaki dari Manggarai sampai Blok M. Dari Blok M karena masih diburu, dia kembali menghindar kearah Tanjung Priok, lalu kembali lagi ke Manggarai, begitulah catatan perjuangannya. Sayangnya, setelah Presiden Soekarno jatuh, SK Trimurti malah dianggap beraliran kiri, dan namanya pun tak pernah harum pada Orde Baru.
Seperti pejuang yang dituding kiri oleh rezim Soeharto, walau dia adalah mantan Menteri Perburuhan pertama maka hidupnya kemudian "diasingkan". Dia mantan menteri yang di"hilangkan" hidupnya oleh Soeharto. Terakhir karena sakit dan tak ada perhatian dari negara bahkan dilupakan, akhirnya meninggal pada Maret 2008.
Tri Murti, adalah istri dari pengetik naskah kemerdekaan, Sayuti Melik. Sebelum kemudian Sayuti melakukan poligami atau menikah siri dengan perempuan lain, dan Trimurti menolak untuk kembali ke perkawinannya.
Dia tidak hanya berjuang terhadap nasib buruh perempuan, partai dan kemerdekaan, tapi juga berjuang untuk martabat perempuan yang tidak mau dimadu. Ia tak pernah lelah, dipenjara tak pernah menjadi penghalang baginya. Tri adalah perempuan yang luar biasa, sangat menguasai rasa kesepiannya sendiri.
Indonesia memiliki banyak pejuang perempuan yang dilupakan seperti perempuan tangguh dan maju seperti Tri Murti. Perempuan ini adalah pejuang buruh yang berjuang untuk buruh perempuan Indonesia.
Buruh perempuan yang hingga kini masih terus mengalami pelecehan dan kekerasan seksual, tidak mendapat cuti hamil dan hak-hak normatif lainnya, upah yang diskriminatif dengan laki-laki bahkan masih ada dibatasi haknya untuk berserikat.
No comments