sponsor

Select Menu

Data

OPINI

HUKUM

PENDIDIKAN

HOME » » Gaji di Indonesia Sedikit, Pak Menteri


Unknown 13:05 0

Kondisi penampungan jalan Transito Tanjungpinang, Kepri. dok. tanjungpinang pos
Mensos Nasihati TKI Deportasi Tak Lagi Masuk Malaysia

Sejak Tahun 2004 Tanjungpinang dijadikan tempat transit TKI yang dideportasi dari Malaysia. Bisa dibayangkan betapa banyaknya jumlah mereka, ketika ditampung di penampungan TKI Kelas B Jalan Transito kondisinya tak ubahnya ikan sarden karena kelebihan kapasitas.

Sudah ada pejabat tinggi negera ini mengunjunginya. Jumat kemarin (25/11) giliran Menteri Sosial RI Dr H Salim Segaf Al Jufri bertandang, mengunjungi 94 TKI yang dideportasi dari Malaysia. Menteri ditemani Gubernur Kepri Muhammad Sani, Wali Kota Tanjungpinang Suryatati A Manan dan Wakil Bupati Bintan Khazalik berdialog langsung dengan TKI.

Baru melihat kondisinya, Mensos merasakan penderitaan TKI deportasi. Tanpa pendingin ruangan, hawa panas segera menyambut kulit. Apalagi jika pendeportasian dilakukan dalam jumlah besar, dipastikan para TKI rela berhimpitan. Kapasitas idel bangunan ini hanya untuk 350 orang, nyatanya selama ini harus menjadi penampungan 500 hingga 600 jiwa.
“Pak Menteri inilah kondisi penampungan kita sejak Tanjungpinang dijadikan sebagai kota transit TKI dari Malaysia yang dideportasi. Kalau over kapasitas seperti ikan sarden terhimpit-himpit,” kata Wali Kota Tanjungpinang Suryatati A Manan saat memberikan kata sambutan kepada pak Menteri.

Menurut Suryatati A Manan, sejak tahun 2004 lalu hinga sekarang, TKI yang dideportasi melalui Tanjungpinang mencapai 243.942 jiwa atau sudah melebihi jumlah penduduk kota Tanjungpinang yang sekitar 200-an ribu.

Celakanya, tak semua TKI kondisinya sehat. Ada yang stres, hamil, terinveksi HIV/AIDS.
Sesuai dengan data yang diterima dari satgas TKI di penampungan TKI Tanjungpinang, sudah ada 39 TKI yang hamil, 13 TKI melahirkan di penampungan, lima TKI terinveksi HIV/AIDS dan ada tujuh TKI yang stres.

Wako juga menjelaskan kalau kondisi penampungan sudah tidak layak lagi, terutama saat over kapasitas. Selama TKI berada di penampungan TKI di berikan makan tiga kali sehari, dihibur organ tunggal dan diberi siraman rohani.

“Perlu juga saya informasikan kalau honor satgas yang melibatkan 12 intanasi hanya Rp400 ribu per bulan, tidak cukup dengan tugas yang cukup berat,” tegasnya.

Wali Kota juga menjelaskan jumlah TKI yang dikirim kembali ke kampung halamanya melalui kapal Pelni ke Jakarta, tidak sesuai dengan data yang sampai di Jakarta. Dalam perjalanan TKI justru banyak berkurang.

“Masih ada oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan pemulangan TKI yang mengaku saudaranya. Kemudian TKI itu dimasukkan kembali ke Malaysia melalui pelabuhan tidak resmi,” paparnya.

Zaki Zainuddin, TKI asal Nusa Tenggara Barat (NTB), menceritakan pengalaman selama ia dipenjara. Zaki mendapatkan hukuman enam bulan penjara di Malaysia karena visanya sudah mati, dan mulai dipenjara tanggal 13 Juli 2011 lalu. Selama dipenjara dia mendapatkan hukuman cukup berat harus menerima tiga kali campuk mengunakan rotan.

“Saat dicambuk apakah merasakan sakit atau cambuknya pelan-pelan,” tanya Salim Segaf berbalik bertanya kepada Zaki. Kata Zaki cambuknya cukup keras, petugas yang mencambuk mengunakan rotan adalah tim khusus untuk mencambuk.

“Bukan dicambuk saja tapi kita diberi makan tidak manusiawi,” sambung Zaki. Kata juga dikatai-katain dengan kata yang tidak baik seperti “Kalau ini Anjing,” tega Zaki. Zaki juga menceritakan kalau selama ditahan di Malaysia uang dan pakaian justru diambil oleh petugas penjara.

Juga ditambahkan Maryati, TKI asal Surabaya. Janda empat anak ini mengaku dipenjara selama dua tahun di Malaysia. Selama di penjara ia mendapatkan perlakukan tidak senonoh, selain dicaci maki uang dan pakaian yang bagus-bagus diambil.
“Tolong Pak Menteri sediakan lapangan kerja untuk kami, bukan kami tidak mau bekerja di Indonesia tapi gaji di tanah air sekarang tidak bisa menghidupi keluarga kami di kampung,” tegasnya.

Mensos menyadari kondisi penampungan memang tidak layak, tapi harus bagaimana lagi itulah yang terbaik untuk sekarang. Dengan adanya pembangunan penampungan TKI yang baru, yang baru dibangun oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial di Senggarang, diharapkan penderitaan TKI bisa teratasi.

“Kementerian Sosial hanya bisa membantu kolektif bukan perorangan, misalnya melalui program kelompok usaha, jadi kalau sudah sampai ke kampung halaman nanti jangan lagi masuk ke Malaysia,” ujarnya.

Usai meninjau penampungan TKI, Mensos mengunjungi pembangunan rumah penampungan TKI yang berada di Senggarang. Rombongan ini menanam pohon durian di halaman calon gedung penampungan TKI yang lebih nyaman ini.

“Semoga pohon ini nanti bermanfaat,” doa Mensos.

Dengan selesainya bangunan penampungan TKI yang baru akhir tahun ini, kalau ada TKI yang dideportasi tidak lagi harus berhimpit himpitan.

Mensos menyempatkan diri salat Jumat di Masjid Raya Tanjungpinang, makan siang di Gedung Daerah, mengunjungi Pulau Penyengat dan mengadakan rapat korrdinasi dengan Gubernur serta SKPD di Gedung Daerah. (tanjungpinang pos)

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.