Penentuan Nasib Diundur 6 Bulan
Unknown
12:00
0
SBMI, UNGARAN - Meski hanya diberi kesempatan bertemu Satinah di penjara selama tiga jam, namun bagi Nur Afriana (18) anak Satinah dan Paeri (42), kakak kandung Satinah, pertemuan tersebut merupakan kesempatan luar biasa. Ungkapan tersebut disampaikan Paeri kepada wartawan, Rabu (19/12).
Dikatakan lebih lanjut oleh bapak tiga anak ini, saat ditemui Satinah dalam kondisi sehat. Namun, badannya terlihat kurus dibandingkan sebelum berangkat ke Arab Saudi 2006 silam.
"Adik kulo sakniki gering Mas (adik saya sekarang kurus Mas-red). Kami berdua perwakilan dari keluarga hanya diberi kesempatan bertemu selama tiga jam oleh pihak otoritas setempat," katanya.
Pada pertemuan singkat tersebut, lanjut dia, Satinah sempat bertanya tentang kesehatan Kemi (74) ibunya yang tinggal serumah dengan Paeri dan Nur Afriana di RT 2 RW 3 Dusun Mrunten Wetan, Desa Kalisidi, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.
"Saya pun menjawab semua keluarga di Kalisidi dalam keadaan sehat dan terus berdoa untuk Satinah," paparnya.
Dijelaskan, pihak keluarga pekan kemarin mendapatkan informasi dari Kedutaan Besar Indonesia di Arab Saudi dan Kementerian Luar Negeri Indonesia bila penyerahan diyat (uang ganti darah) diperpanjang hingga enam bulan kedepan. Walaupun ada kebijakan tersebut, pihak keluarga tetap berharap pemerintah Indonesia bisa menyelesaikan pembayaran diyat.
"Besar harapan kami agar tanggungan diyat bisa berkurang dari ketentuan sebelumnya, yakni tujuh juta riyal atau sekitar Rp 20 miliar sehingga beban pemerintah Indonesia pun bisa akan ringan," jelasnya.
Diceritakan lebih lanjut, setelah mengunjungi Satinah di penjara, perwakilan keluarga oleh Kedutaan Besar Indonesia di Arab Saudi kemudian difasilitasi untuk umroh. Menurut Paeri, dengan umroh di tanah suci dirinya dan Nur Afriana yakin doa untuk Satinah akan didengar Tuhan.
"Saya hanya bisa pasrah dan berdoa semoga Satinah bisa segera pulang dan berkumpul dengan keluarga di Kalisidi," tuturnya. (suaramerdeka.com)
Dikatakan lebih lanjut oleh bapak tiga anak ini, saat ditemui Satinah dalam kondisi sehat. Namun, badannya terlihat kurus dibandingkan sebelum berangkat ke Arab Saudi 2006 silam.
"Adik kulo sakniki gering Mas (adik saya sekarang kurus Mas-red). Kami berdua perwakilan dari keluarga hanya diberi kesempatan bertemu selama tiga jam oleh pihak otoritas setempat," katanya.
Pada pertemuan singkat tersebut, lanjut dia, Satinah sempat bertanya tentang kesehatan Kemi (74) ibunya yang tinggal serumah dengan Paeri dan Nur Afriana di RT 2 RW 3 Dusun Mrunten Wetan, Desa Kalisidi, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.
"Saya pun menjawab semua keluarga di Kalisidi dalam keadaan sehat dan terus berdoa untuk Satinah," paparnya.
Dijelaskan, pihak keluarga pekan kemarin mendapatkan informasi dari Kedutaan Besar Indonesia di Arab Saudi dan Kementerian Luar Negeri Indonesia bila penyerahan diyat (uang ganti darah) diperpanjang hingga enam bulan kedepan. Walaupun ada kebijakan tersebut, pihak keluarga tetap berharap pemerintah Indonesia bisa menyelesaikan pembayaran diyat.
"Besar harapan kami agar tanggungan diyat bisa berkurang dari ketentuan sebelumnya, yakni tujuh juta riyal atau sekitar Rp 20 miliar sehingga beban pemerintah Indonesia pun bisa akan ringan," jelasnya.
Diceritakan lebih lanjut, setelah mengunjungi Satinah di penjara, perwakilan keluarga oleh Kedutaan Besar Indonesia di Arab Saudi kemudian difasilitasi untuk umroh. Menurut Paeri, dengan umroh di tanah suci dirinya dan Nur Afriana yakin doa untuk Satinah akan didengar Tuhan.
"Saya hanya bisa pasrah dan berdoa semoga Satinah bisa segera pulang dan berkumpul dengan keluarga di Kalisidi," tuturnya. (suaramerdeka.com)
No comments