sponsor

Select Menu

Data

OPINI

HUKUM

PENDIDIKAN

Buruh tekstil asia
Buruh Asia, Murah dan Tanpa perlindungan
KORAN MIGRAN, BANGLADESH - Perlunya perbaikan kondisi kerja bagi pabrik di Asia, ditunjukkan oleh banyak kasus. Yang terakhir di Bangladesh sebuah pabrik ambruk. Sudah diketahui pabrik itu hampir runtuh, dan pagi hari saat terjadinya bencana, para pekerja hanya mau memasukinya karena dipaksa. Ratusan korban tewas. Baru September lalu pabrik tekstil di Bangladesh terbakar. Pintu daruratnya dikunci, banyak pekerja terbakar.



Itu menjadi kritik utama banyak pihak terutama gerakan buruh terhadap Adidas. Jika para pekerja di pabrik pemasok mengeluhkan kurangnya keamanan kerja, tidak terjadi apapun. SBMI lewat Sekjennya, Saputro tidak terlalu berharap dari banyak program-program charity yang dilakukan oleh perusahaan multinasional.

"Kondisi kerja buruh di Asia secara umum masih sangat buruk. Ini menyangkut banyak perusahaan tekstil multinasional. Mereka di satu sisi ingin meningkatkan kondisi kerja, tapi di sisi lain bertahan untuk memproduksi dengan murah dan cepat. Kedua hal itu tidak bisa dikombinasikan," ujarnya di sela-sela diskusi dengan banyak organisasi buruh tekstil yang sedang bertemu di Bangladesh.
Buruh Bangladesh Berlawan
Buruh Bangladesh Berlawan
KORANMIGRAN, DHAKA - Runtunnya sebuah pabrik tekstil di Bangladesh, para buruh menuntut kondisi kerja yang lebih baik. Pemerintah Bangladesh dan perusahaan tekstil memutuskan penutupan banyak pabrik.


Para buruh tekstil kaget mendapat kabar pabriknya ditutup. Mereka sudah menggelar aksi protes untuk perbaikan kondisi kerja. Mereka tidak menyangka bahwa pabriknya malah berhenti berproduksi, kata Shireen Huq, aktivis organisasi perempuan Nariphoko.

”Pekerja menggelar protes agar tuntutan mereka ditanggapi serius. Mereka tentu tidak ingin kalau pabriknya ditutup”, kata Huq. Ini sangat merugikan para buruh, sekalipun mereka menerima bayaran rendah.

Akhir April 2013, gedung pabrik dan pertokoan Rana Plaza di Dhaka rubuh. Lebih dari 1200 orang buruh tewas dan sekitar 2400 orang luka-luka. Sebagai konsekuensi, pemerintah Bangladesh lalu menutup 22 pabrik tekstil yang tidak memenuhi standar keamanan.

Amirul Haque Amin dari serikat buruh tekstil NGWF menuntut adanya pembayaran kompensasi bagi buruh. ”Ini memang langkah yang sudah benar, karena pekerja tidak boleh mengalami bahaya di tempat kerjanya. Tapi kami menuntut agar pekerja tetap mendapat upah atau pembayaran kompensasi.”

Perundingan Menghindari Penutupan
Di kompleks industri Ashulla, dekat gedung pabrik yang runtuh, ratusan pabrik tekstil rencananya akan ditutup juga. Disitu ada sekitar 500 pabrik dan para pemilik pabrik mengatakan, penutupan itu dilakukan karena ada aksi protes.

Sejak Senin (13/05) para pekerja di sekitar 400 pabrik menggelar aksi protes. Mereka menuntut pembayaran upah lebih tinggi dan hukuman keras bagi pemilik gedung yang runtuh. Amirul Haque Amin tidak setuju dengan penutupan pabrik.

”Ini tidak baik untuk pekerja maupun untuk pengusaha. Para buruh menuntut perundingan. Pengusaha harus memungkinkan perundingan. Penutupan pabrik tidak akan menyelesaikan konflik ini.“

Banyak pekerja tekstil kini takut kehilangan pekerjaannya. Salah satunya Shilpi Akhtar, 25 tahun. Ia bekerja sebagai penjahit pada perusahaan Star Garments di Dhaka. Suaminya menganggur. Mereka punya 3 anak. Akhtar mendapat gaji senilai 46 Euro per bulan. Upah minimum di Bangladesh saat ini senilai 30 Euro per bulan. ”Yang kami perlukan bukan penutupan pabrik, tapi gaji lebih baik dan tempat kerja lebih aman”, kata Akhtar.

Serikat Kerja dan Upah Minimum
Setelah mendapat tekanan dari dalam dan luar negeri, pemerintah Bangladesh akhirnya sepakat menaikkan upah minimum. Tapi belum ada keputusan akhir. Karena komisi yang terdiri dari wakil pemerintah, wakil perusahaan dan wakil pekerja masih harus melakukan rapat untuk menetapkan tingginya upah minimum.

Selain itu, pemerintah Bangladesh akan mengubah undang-undang dan mengijinkan para pekerja membentuk serikat buruh independen. Tapi teks rancangan undang-undang baru masih belum dipublikasi.

Aktivis Shireen Huq tidak terlalu optimis. Sejak dulu organisasi buruh sudah menuntut pembentukan serikat buruh, ”Seandainya ada serikat buruh independen, para pekerja tidak akan bisa dipaksa bekerja di bangunan yang akan rubuh”. Ia mengatakan, gerakan buruh di Bangladesh memang masih terpecah belah mengikuti kepentingan partai politik. Seharusnya, serikat buruh tidak tergantung pada kepentingan partai.

Shireen Huq kini ikut dalam sebuah Dialog Nasional, putaran diskusi yang melibatkan wakil-wakil pemerintah, pengusaha, pekerja dan kelompok masyarakat sipil. ”Kami ingin agar bencana seperti ini tidak terjadi lagi”, katanya. Forum Dialog Nasional sudah menetapkan lima agenda utama. Selain upah minimum dan pembentukan serikat buruh, agenda penting lainnya adalah keamanan tempat kerja, asuransi kerja yang ditanggung oleh perusahaan dan pelayanan kesehatan bagi pekerja.
Hukuman mati terhadap BMI

KORANMIGRAN, JAKARTA - Fakta baru terkait uang diyat Satinah sebesar Rp 21 Miliar diuangkapkan Melanie kepada media, Senin (24/3/2014) yang mengatakan Pemerintah RI sendiri lah yang menyebabkan uang diyat Sutinah membengkak menjadi Rp 21 miliar.

"Tahun 2011, saat divonis bersalah, uang diyat yang diminta keluarga majikan Satinah hanya Rp 1,5 miliar. Tapi pemerintah RI tidak menanggapinya. Apalah artinya uang senilai itu, dibandingkan Rp 83 triliun yang disumbang TKI setiap tahun," kata Melanie Subono.

Ia mengungkapkan, ketika masih dalam proses persidangan, tidak ada satu pun perwakilan pemerintah RI yang mau mendampingi Satinah.

Melani menuturkan, pemerintah baru melakukan pendampingan sekitar tahun 2012 setelah keluar vonis terhadap Satinah. Saat itu uang Diyat yang diajukan keluarga majikannya baru Rp 1,5 miliar.

Setelah besaran uang diyat itu membengkak, pemerintah mengirimkan Kepala Satgas Penanganan WNI Maftuh Basyuni untuk negosiasi dengan otoritas Arab Saudi maupun keluarga majikan Satinah.

"Saya tau karena saya yang mendampingi Satinah. Uang diyatnya membengkak jadi Rp 45 miliar. Sekarang turun jadi Rp 21 miliar," tuturnya.

Update terbaru, Pemerintah Indonesia mengaku hanya memiliki uang Rp 18 miliar untuk membayar uang diyat. Karenanya, masih kekurangan Rp 3 miliar untuk membebaskan Satinah dari hukuman pancung. (tribun)
ancaman hukuman mati
Ancaman Hukuman Mati terhadap BMI, Menunggu Godot
KORANMIGRAN, JAKARTA - Karena tenggat waktu eksekusi hukuman mati terhadap Satinah semakin dekat, yakni pada 3 April 2014, SBMI menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk segera melakukan penyelamatkan terhadap buruh yang ditempatkannya di luar negeri.

"SBY harus turun langsung menyelamatkan Satinah sekarang juga. Buruh migran yang terancam hukuman mati menurut data dari Kementerian Luar Negeri RI ada sebanyak 39 orang. Selain Satinah Binti Jumadi, tindakan pembebasan juga harus dilakukan terhadap Tuti Tursilawati, Aminah dan Darnawati yang eksekusinya bisa sewaktu-waktu dilaksanakan, ujar Saputro disela-sela diskusi sesama pimpinan buruh di Dhakka, Banglades.

SBMI mencatat, perjuangan Satinah untuk selamat dari ancaman hukuman mati kini tinggal 10 hari lagi. Seharusnya Satinah divonis pada bulan Agustus 2011, akan tetapi tenggat waktu diperpanjang hingga tiga kali yaitu Desember 2011, Desember 2012 dan Juni 2013.

Harapan bagi Satinah sesungguhnya ada karena keluarga atau ahli waris korban sudah menyatakan akan memberikan maaf asal mendapat imbalan diyat atau uang darah sebesar 10 juta riyal (setara dengan 21 Milyar Rupiah.

Pemerintah Indonesia hingga pekan kemarin baru sanggup menyetor 4 juta real atau setara Rp 12 miliar agar Satinah bisa dibebaskan.

"Diplomasi masih terus dilakukan. Namun diperlukan ketegasan posisi akhir mengenai jumlah diyat," kata Duta Besar RI di Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur, di Jakarta, pada hari Kamis, 14 Maret 2013 seperti yang dimuat di Tempo.

Kementerian mengaku sudah melakukan banyak hal bahkan menginisiasi surat dari anaknya Satinah, Nur Afriana, kepada Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul-Aziz untuk meringankan tuntutan diyat ahli waris korban.

"Kami bukannya tidak mau membayar," kata Gatot yang sekarang malah dihadiahkan jabatan basah sebagai Kepala BNP2TKI.

Kasus Satinah bermula ketika Satinah membunuh Nura Al Garib, majikan perempuannya, pada 2007 lalu. Ia mengatakan terpaksa membunuh lantaran tak terima dituduh mencuri uang sang majikan senilai 38 ribu riyal. Ia juga sering dianiaya dan diperlakukan tak senonoh oleh majikan.

Satinah Binti Jumadi BMI asal Dusun Mruten Wetan RT 02 RW 03, Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang dijatuhi hukaman mati atas pembunuhan yang dilakukannya terhadap majikan perempuannya pada tahun 2007 silam. Sejak diputuskan bersalah dan dijatuhi hukuman mati sejak itu pula Satinah mengalami tekanan psikologis yang mendalam apalagi waktu batas akir pembayaran Diyat semakin dekat namun pembayarannya belum juga dibayarkan oleh pemerintah Indonesia.

Ancaman vonis hukuman mati ini sungguh merupakan ketidakadilan yang nyata bagi Satinah dan semua buruh migran yang dipaksa bekerja di luar negeri. Bahkan Arab Saudi yang sempat dimoratorium (penundaan penempatan) sebagai negara tujuan penempatan malah dibuka kembali.

Satinah bukanlah sekedar sosok rakyat yang menjadi korban yang mempertahankan diri dari tindakan sewenang – wenang majikannya belaka, tetapi juga karena inilah bentuk kegagalan kebijakan pemerintahan rezim SBY yang tidak bisa menjamin perlindungan bagi rakyatnya yang bekerja di luar negeri.

Dalam International Convenant on Civil and Political Rights (ICCPR) dinyatakan bahwa hak untuk hidup adalah non-derogible rights. Indonesia sebagai negara yang meratifikasi ICCPR seharusnya mengadopsi prinsip ini dengan mengakhiri praktek hukuman mati dalam sistem pemidanaan. Dengan mengakhiri praktek hukuman mati, akan makin memperkuat posisi politik Indonesia dalam diplomasi pembelaan buruh migran Indonesia yang terancam hukuman mati.

Menjelang Pemilihan Umum tahun 2014 ini Satinah punya satu suara, lantas apakah semua caleg dan capres akan peduli dengan nasib Satinah dan buruh migran lainnya yang terancam hukuman mati? Buat apa visi misi partai dan janji-janji manis terus diiklankan di media bila caleg dan capres tak mampu menyelamatkan satu nyawa Satinah? Bukankah menyelamatkan nyawa Satinah sama nilainya dengan menyelamatkan bangsa dan negeri ini dari kemiskinan dan keterpurukannya juga?

Nyawa Satinah yang diujung tanduk dan rezim yang tidak mau menyelamatkannya adalah mimpi buruk yang membuat SBMI menyerukan kepada seluruh rakyat dimanapun berada, untuk menuntut tanggung jawab kepada rezim Soesilo Bambang Yoedoyono atas pelemparan tanggung jawab, kelalaian, dan kegagalan dalam melindungi Satinah Binti Jumadi dan semua buruh migran lainnya yang terancam hukuman mati di Luar Negeri.
Lawan Pemilu 2014

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) akhirnya memecat Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat jabatannya, menyusul keputusan pria 46 tahun itu bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). 

Walau Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam berdiplomasi mengatakan alasan pemecatan untuk penyegaran organisasi, namun aroma politis pemecatan Jumhur sudah lama diduga pasti dilakukan. Dengan kelihaiannya pula dan seolah sudah mengerti konsekuensi langkah politiknya, Jumhur pun pasra dan legowo menerima sanksi politik SBY .

Mari kita melihat ke belakang, bahwa langkah politik Jumhur kali ini bukanlah hal yang mengejutkan. Bahkan, aktivis mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) tetap terbilang lihai dalam membaca situasi politik negeri para maling ini.

Pada 1999, ambisi Jumhur gagal bersama Partai Daulat Rakyat, yang dia bentuk bersama mantan Menkop Adi Sasono. Menjabat sebagai sekjen, Jumhur gagal membawa partai tersebut menjadi kekuatan besar. Di Pemilu 1999, partai berbasis massa buruh, petani dan nelayan itu hanya berhasil mendudukkan satu wakilnya di Senayan.

Gagal di Pemilu 1999, Jumhur merapat ke Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) pada Pemilu 2004. Dia pun menjadi tim sukses SBY - JK pada Pilpres pertama di republik ini. Setelah SBY - JK menang, Jumhur pun mendapat hadiah dari pengorganisasian massa buruh yang dilakukannya. Pada 2007, dia diberi jabatan Kepala BNP2TKI oleh Presiden SBY .

Kepala BNP2TKI terbilang bukan jabatan remeh. Bahkan, sejumlah kalangan menyebut BNP2TKI adalah lahan basah, karena urusan asuransi TKI dan sebagainya ditangani badan independen itu, tidak lagi oleh Kemenakertrans. Terlebih Jumhur adalah orang pertama yang menduduki kursi nomor satu badan nasional yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006 itu. 

Jumhur bahkan menjabat Kepala BNP2TKI lebih dari 5 tahun, di luar kebiasaan masa jabatan pejabat tinggi setingkat eselon 1. Namun, pada 11 Maret lalu Jumhur resmi digusur dari kursi empuknya yang dia nikmati 7 tahun lebih atau sejak 11 Januari 2007.

Kini dia bergabung dengan PDIP, partai yang sedang naik pamor menjelang Pemilu 2014. Banyak kalangan menduga Jumhur mengincar posisi menteri tenaga kerja, jabatan yang gagal diraihnya saat SBY menjabat. Namun, terlepas dari apapun target Jumhur, langkah politik suami Alia Febyani Prabandari, runner-up Puteri Indonesia 2001, terlihat bak akrobat. 

Sebagaimana akrobat, si pemain akan dipuji karena ketangkasannya jika berhasil, namun akan ditertawakan jika gagal.
Pergantian kepala BNP2TKI
Jumhur, Mantan Kepala BNP2TKI
KORANMIGRAN, JAKARTA - Moh Jumhur Hidayat, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), akhirnya dipecat alias diberhentikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), lewat Keputusan Presiden Nomor 39/M Tahun 2014 tertanggal 11 Maret 2014.


SBY lalu menunjuk Gatot Abdulah Mansyur, mantan Duta Besar RI untuk Arab Saudi sebagai pengganti Jumhur Hidayat. Dijelaskan oleh Dipo Alam, Sekretaris Kabinet, bahwa salah satu yang menjadi pertimbangan Presiden dalam pergantian ini adalah dalam rangka penyegaran organisasi.

Kepala BNP2TKI merupakan jabatan struktural eselon I yang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) jabatan eselon I disebut sebagai Jabatan Pimpinan Tinggi. Dalam Pasal 117 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 antara lain diatur bahwa jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.

Keputusan SBY memberhentikan Jumhur Hidayat dari jabatannya sebagai Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dinilai sebagai sebuah keputusan yang tepat.

Pergantian kepala BNP2TKI

Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai, pemberhentian Jumhur oleh SBY sudah bisa diprediksi sebelumnya.

“Sejak awal saya melihat, komunikasi politik yang dilakukan Jumhur sudah tidak tepat dan salah sasaran. Apa yang dilakukan Jumhur tidak pas secara etika. Mungkin Jumhur ingin memanfaatkan kebaikan SBY, tetapi SBY ternyata tegas terhadap dirinya” ujar Hendri, Selasa 18 Maret 2014.

Lebih jauh dikatakan Hendri, prospek Jumhur di PDIP pun sebenarnya belum jelas, terlebih PDIP juga belum tentu juga akan menang pada Pemilu 2014 ini.

“Saya rasa PDIP belum tentu menang, kok. Lagi pula, saya rasa PDIP akan lebih mengutamakan kader yang sudah berjuang bersama dalam waktu lama, bukan yang ‘mendadak PDIP,” tukasnya.

Sementara itu, Kepala Divisi Pendidikan Politik Solusi Pemuda Indonesia (SPI), Ramadhan Isa menilai keputusan SBY memecat Jumhur sebagai langkah yang cepat dan tepat. Ia menyebut Kepala BNP2TKI bukanlah jabatan yang berada di bawah kementerian, melainkan langsung di bawah presiden.

“Karena sikap Jumhur yang tiba-tiba langsung menjadi partisan partai oposisi, saya kira tindakan yang diambil seorang SBY cepat dan sangat tepat. Seharusnya kan Jumhur harus ingat, dia ‘kan dilantik oleh SBY,” jelas pria yang biasa disapa Dhani itu.

“PDIP juga tidak semudah itu untuk didikte oleh seorang Jumhur, meski dia memiliki uang banyak. Siapa yang loyal dan siapa yang tidak loyal, tidak semudah itu. Karena ada kelompok-kelompok idealis di sana. Kecuali PDIP menjadi partai yang pragmatis,” tandasnya.
Tujuan Politik

RIUH rendah kampanye ada di sekitar kita. Berbagai diskusi, pendapat, imajinasi masa depan tak terkira terbang berhamburan di sekitar kita. Menghadapi keadaan seperti itu, terkadang muncul pertanyaan di benak kita—setidak-tidaknya saya—untuk apa berpolitik. Salah satu jawaban yang lugu untuk itu barangkali diberikan oleh Aristoteles. Bagi Aristoteles jawabannya sangatlah sederhana; tujuan politik adalah menghantarkan manusia pada hidup yang baik.
Kenapa demikian?  Bagi Aristoteles, perbedaan manusia dan binatang yang asali terletak pada kemampuannya berbahasa. Melalui bahasa manusia mampu membeda-bedakan, melihat dan merundingkan tentang yang baik. Tapi namanya juga bahasa, ia menjadi begitu berkembang dan teruji jika tidak dalam soliluki, melainkan dalam perkumpulan politik. Politik, dengan demikian, haruslah mempunyai sesuatu yang penting yang tidak dimiliki di dalam kegiatan yang lainnya, sehingga hanya di sanalah kealamiahan manusia dimungkinkan teraktualisasi. Tetapi, apakah yang dimaksud Aristoteles sebagai ‘hidup yang baik’ yang menjadi tujuan politik itu?
Aristoteles tak pelak lari ke masalah moral. Baginya, kehidupan moral bertujuan pada kebahagiaan. Orang dengan keutamaan/orang berbudi luhur menurutnya adalah orang yang menempatkan kesenangan dan kesedihan pada hal yang benar. Lebih jauh, keutamaan moral ini muncul dari sebuah kebiasaan; dengan demikian melalui tindakan praktis. Dengan mendalami kebiasaan yang bajik/bijak, kita akan mampu memahami aksi-aksi yang bijak. Hal ini perlu dibedakan dari taat pada hukum. Hukum mengatur sesuatu yang singular, sedangkan kebajikan moral berurusan dengan yang partikular. Demikian Aristoteles, ‘Hal-hal yang berkaitan dengan perilaku dan pertanyaan tentang apa yang baik bagi kita tidak memiliki suatu kepastian, lebih dari masalah-masalah kesehatan… Agen-agensendirilah yang dalam setiap kasus harus mempertimbangkan apa yang sesuai dengan kesempatan, seperti yang terjadi juga dalam seni pengobatan atau navigasi’ (sebagaimana dikutip Sandel, 2010).
Keutamaan moral dengan demikian tidak terletak semata pada kebiasaan yang baik. Lebih jauh, keutamaan moral menyangkut melakukan hal yang baik pada orang yang benar, pada taraf yang benar, pada waktu yang benar, dengan motif yang benar dan dengan cara yang benar. Keutamaan moral dengan demikian membutuhkan sebuah keputusan tertentu, sebuah kemampuan atau pengetahuan yang dalam bahasa Aristoteles disebut ‘kebajikan praktis.’ Kebajikan Praktis ini adalah kapasitas untuk beraksi yang rasional dan benar dengan penghormatan pada kebaikan manusia.
Kebajikan praktis adalah nilai moral dengan implikasi politik. Orang dengan kebajikan praktis dapat mempertimbangkan dengan baik apa yang baik, tidak hanya untuk dirinya tapi untuk seluruh penduduknya, dan untuk kemanusiaan secara keseluruhan. Pertimbangan, dengan demikian, menyangkut sesuatu aksi yang patut diambil sekarang dan di sini dengan melihat atau mempertimbangkan kebaikan manusia yang tertinggi yang bisa dicapai di bawah keadaan tertentu.
Teranglah di dalam politik (polis) orang bisa mencapai keutamaan ini. Tujuan dari menjadi warga negara (atau tujuan dari politik), demikian Aristoteles, memang adalah demi mencapai keutamaan. Karena di dalam politiklah kebiasaan yang memungkinkan adanya keutamaan moral dan tindakan-tindakan bajik bisa dilakukan. Orang yang baik, dengan demikian, adalah dia yang menggunakan dengan sepenuhnya kealamiahannya yang membedakannya dengan binatang, yakni kepenuhannya dalam mengelaborasi kemampuan berbahasanya menuju keutamaan hidup. Orang yang baik adalah orang dengan keutamaan hidup yang hanya mungkin didapatkan melalui aktivitas langsung, terjun di dalam polis.
Alasan bahwa esensi politik adalah hidup yang baik menurut Aristoteles adalah pertama hukum-hukum polis menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, membentuk karakter yang baik, dan menempatkan kita pada keutamaan warga negara. Kedua kehidupan sosial memungkinkan kita untuk meningkatkan kapasitas untuk mempertimbangkan dan dengan kebajikan praktis kita menjadi baik dalam mempertimbangkan sesuatu dengan memasuki arenanya; menjadi warga negara. Bagi Aristoteles, tujuan politik lebih tinggi daripada memaksimalkan keuntungan (utilitas) atau memberikan aturan yang adil untuk mengejar kepentingan individu. Hal ini, sebaliknya, merupakan ekspresi alami kita, sebuah kesempatan bagi berlangsungnya kapasitas manusia, merupakan aspek penting dari kehidupan yang baik.
Tetapi pertanyaan tak urung mengemuka. Tujuan politik yang dipikirkan Aristoteles ini berada dalam sebuah sistem politik yang diskriminatif. Kita tahu, di Yunani Kuno, tempat lahirnya cikal bakal demokrasi itu, tidak semua orang bisa berpartisipasi dalam politik. Setidaknya anak-anak, perempuan, dan budak tidak punya hak suara. Demokrasi di Yunani dengan demikian bisa dikatakan sebagai keadilan di atas keringat dan tenaga beribu budak. Sebuah keadaan politik yang tidak manusiawi untuk masa kita bukan?
Menjawab itu, Aristoteles tak kalah tak manusiawi-nya. Ia menerima perbudakan sejauh budak adalah orang-orang yang secara alamiah dilahirkan dalam kapasitas tersebut. Jika budak didapatkan dari rampasan perang, ia justru menolak. Alasannya sederhana.  Budak dari rampasan perang atau tahanan perang sesungguhnya orang merdeka yang dirampas kemerdekaannya.
Tentu saja argumen Aristoteles ini bermasalah. Bagaimana mungkin seorang manusia secara alamiah lahir sebagai budak? Bukankah manusia lahir sederajat? Adalah Engels dalam Anti-Duhring yang,  seingat saya, menegaskan bahwa pada suatu masa perbudakan sah-sah saja sebagai sebuah sistem kehidupan bersama. Dalam konteks waktu seperti itu, tak ada perihal tak berperikemanusiaan yang boleh kita jadikan tolok ukur penilaian. Sekarang bayangkanlah sebuah masa ketika tidak ada kran air, tidak ada sistem pompa air, dan lain sebagainya. Bagaimana mungkin seorang Aristoteles bisa berfilsafat jika tidak ada orang lain yang mengurusi air mandinya?
Demikian, Aristoteles di zaman arkhaik. Namun setidaknya dari pemikiran pada masa masyarakat dan sistem kehidupan yang masih sederhana itu pun kita jadi tahu bahwa ada di antara mereka yang layak diberi amanah mengatur polis dan ada yang tidak.

Ditulis  oleh Berto Tukan dari Indoprogress untuk pendidikan
Lawan Pemilu 2014
JAKARTA - Aliansi Komite Politik Alternatif mendatangi Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Kamis (13/3). Mereka menyerukan publik melawan Pemilu 2014.

"Terserah bentuknya ke masyarakat. Mau golput, turun ke jalan, atau datang ke TPS tapi coblos-coblos itu kertas suara," ucapan juru bicara demonstran Surya Anta, di depan Gedung KPU.

Menurut Surya, Pemilu tetap saja berisikan partai lama yang prokapitalisme, mencaplok kepentingan rakyat, dan memberangus perserikatan. "Ada juga koruptor dan calon koruptor, Itu tak bisa diharapkan kepada rakyat," imbuhnya.


UU Nomor 8 Tahun 2012 soal pemilu pun, lanjut Surya, harus diubah. Sebab Pemilu tak berpihak pada esesi demokrasi. Mereka menganggap aturan itu berpihak pada kepentingan pemodal.

Sebelum ke KPU, demonstran berorasi di Bundaran Hotel Indonesia (HI). Mereka terdiri dari berbagai serikat buruh, organisasi mahasiswa, petani dan pemuda. Organisasi yang hadir di antaranya: GSPB, SGBN, SBMI, Sebumi, SBM, KPO PPR, Federasi Progresif, Pembebasan, SMI, PPI, FPBI, GRI, Frontjak. (Metrotvnews.com)
Manifesto Komite Politik Alternatif
Komite Politik alternatif
Manifesto
Komite Politik Alternatif
LAWAN PEMILU 2014,
BANGUN PARTAI ALTERNATIF !

Dengan semakin mendekatnya PEMILU 2014, rakyat semakin dihadapkan pada pilihan yang tidak ada bedanya. Wajah tokoh-tokoh caleg terpampang di setiap sudut jalan dengan tulisan-tulisan “mohon doa restu” atau “bersih, tegas, peduli”, dsb. Tetapi kami tahu, dan rakyat sebenarnya tahu, tidak ada satu pun calon dan partai yang akan menjawab persoalan rakyat.

Kemunduran politik dalam PEMILU 2014 sekarang justru terjadi disaat para calon dan partai tidak lagi perlu mengusung program dan janji kepada rakyat. Kegagalan elite-elite politik dalam merealisasikan janji dan program kesejahteraan pada pemilu lalu bukan dijawab dengan memperjelas program dan mempertegas kontrol rakyat dalam mengawal program berikut calon-calon terpilih nanti nya, tetapi justru memundurkannya pada penokohan/figurisasi semata yang membodohkan melalui media-media massa. Kita rakyat Indonesia tidak bodoh!

Sebagai bentuk tanggung jawab membangun bangsa dan rakyat dalam kurungan demokrasi yang semakin diperkecil, kami merasa perlu membangun suatu gerakan alternatif secara nasional yang mengambil sikap dan posisi tegas dalam PEMILU 2014 sekaligus memberi arah pada perjuangan rakyat ke depan nya. Maka berikut sikap dan seruan kami.

1. PEMILU 2014 BUKAN PEMILU RAKYAT. Kesimpulan ini kami dasarkan pada kenyataan:

a) Tidak ada satu pun program politik alternatif yang pro rakyat yang diprogramkan oleh partai-partai berikut calon-calon yang tampil sebagai peserta PEMILU 2014.

Kalaupun beberapa calon menjanjikan program ini dan itu, program ini tidak lebih dari sekedar ‘jualan’ karena tidak benar-benar mampu dijelaskan cara mencapainya. Ditambah pula dengan tidak berkapasitas nya partai-partai dan calon-calon tersebut dalam rekam jejak kepemimpinan untuk menjalankan program apapun yang mereka tawarkan.

b) Tidak ada satu pun metode politik alternatif kerakyatan yang dijalankan oleh para peserta PEMILU 2014 yang menempatkan rakyat sebagai penguasa dari calon-calon wakil dan pemimpin nya kedepan. Ini dibuktikan dengan tidak ada nya satu pun calon yang memberikan hak kepada rakyat untuk mengevaluasi sampai mencopot mereka.

c) Dua hal diatas bersumber dari tidak ada nya satu pun partai alternatif kerakyatan yang tampil sebagai peserta PEMILU 2014 karena dihambat oleh sistem dan aturan yang tidak demokratis. Sehingga PEMILU 2014 nanti dapat dikatakan sebagai PEMILU nya BORJUIS karena hanya diikuti oleh partai-partai bandit dan penipu yang meletakkan keberpihakannya bukan pada rakyat, melainkan pada modal.

Oleh karenanya, siapa pun yang akan memenangkan pemilu nanti nya, mereka akan tetap menjalankan skema liberalisasi segala bidang dan eksploitasi yang memiskinkan rakyat. Dan untuk itu kami akan terus pula melawan hasil-hasil PEMILU 2014.

2. Tetapi bukan berarti kami dan rakyat sudah tidak membutuhkan demokrasi dan pemilu sebagai ajang demokrasi. Justru karena demokrasi yang ada hari ini sangat jauh dari memadai, maka PEMILU 2014 kami yakini tidak akan menghasilkan perubahan apa-apa, justru hanya akan membersihkan borok-borok partai politik yang selama ini bekerja menindas dan memiskinkan rakyat.

Oleh karenanya, dibutuhkan suatu GERAKAN ALTERNATIF yang mendorong pembukaan ruang demokrasi seluas-luasnya bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam politik yang menempatkan rakyat sebagai penguasa dari nasib bangsa dan rakyat kedepan. Partisipasi ini tidak dapat dibatasi hanya dengan memilih calon-calon yang ada, melainkan membangun satu kesatuan POLITIK ALTERNATIF untuk MELAWAN PEMILU 2014 yang berarti MELAWAN SISTEM PEMILU 2014 dan PARTAI-PARTAI PEMILU 2014, demi lahir nya PARTAI ALTERNATIF dan hadirnya pemilu yang benar-benar demokratis.

3. Kehadiran partai alternatif nanti sekurang-kurang nya harus mengusung program-program alternatif kerakyatan bagi perubahan bangsa dan rakyat kedepan, yakni:

a) Nasionalisasi aset-aset strategis bangsa dibawah kontrol rakyat, demi pengadaan sumber-sumber keuangan negara dan kesejahteraan rakyat. Aset-aset ini berada di berbagai sektor yang semakin dimiliki oleh swasta dan asing seperti: kehutanan, kelautan, perkebunan, tambang mineral dan energi, telekomunikasi, perbankan, transportasi, pendidikan dan kesehatan.

b) Tangkap, adili dan sita kekayaan koruptor

c) Industrialisasi nasional yang ramah lingkungan bagi kemandirian nasional dan pembukaan lapangan pekerjaan.

d) Penghapusan hutang

e) Reforma agraria sejati; yaitu melakukan tata kelola tanah dan sumber-sumber agraria yang modern dan berkeadilan.

f) Pemberlakuan upah layak nasional dan penghapusan sistem kerja kontrak dan outsourcing

g) Pemberian subsidi bagi rakyat demi:
- Pendidikan, kesehatan dan air minum gratis
- Pangan, energi, perumahan, transportasi dan komunikasi murah.

h) Penataan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan melalui partisipasi rakyat dan teknologi modern tepat guna.

i) Kesetaraan hak sosial, ekonomi, politik dan budaya terhadap perempuan

j) Pembukaan ruang demokrasi seluas-luasnya:
- Pencabutan seluruh UU anti-demokrasi, termasuk merubah sistem kepartaian dan pemilu menjadi partai dan pemilu yang demokratis.
- Kebebasan dan solidaritas untuk keberagaman suku, agama dan ras.
- Kebebasan berekspresi dan berkesenian bagi pembangunan kebudayaan kerakyatan.

k) Pengadilan rakyat untuk para koruptor dan pelanggar kejahatan kemanusiaan berat.

l) Hak referendum bagi rakyat untuk partisipasi dan kontrol kebijakan negara.

m) Pembentukan badan-badan musyawarah rakyat yang berfungsi mengawasi dan mengontrol penjalanan program-program tersebut diatas oleh pemerintahan terpilih.

4. Mengajak dan menyerukan kepada seluruh organisasi-organisasi gerakan rakyat untuk membangun persatuan rakyat dan bersama-sama menjadi tiang pembangunan partai alternatif bagi perubahan mendasar di Indonesia.

5. Dengan itu pula kami mengajak dan menyerukan kepada segenap unsur rakyat Indonesia yang sadar sejarah perjuangan rakyat untuk bergabung dalam gerakan alternatif ini, dengan cara:

a) Melakukan aksi dan ekspresi perlawanan di kota masing-masing yang mengusung tema “Lawan PEMILU 2014, Bangun Partai Alternatif!” serta mengangkat 13 program rakyat diatas sebagai jalan keluar rakyat Indonesia.

Selanjutnya kami juga akan melakukan Aksi Serentak Nasional pada akhir Maret mendatang dan pemasangan ribuan poster di puluhan kota sebagai ajang sosialisasi kepara rakyat.

b) Mengangkat simbol-simbol perjuangan rakyat berupa gambar tokoh-tokoh pejuang rakyat seperti Wiji Thukul, Marsinah, Munir, dll, dalam bentuk kaos, poster, coretan dinding, bendera, stiker, dsb sebagai lambang perlawanan terhadap PEMILU 2014.

c) Melakukan pencoretan/penulisan program-program rakyat diatas atau tuntutan rakyat lainnya pada kertas suara dalam PEMILU DPR/DPRD dan PEMILU PRESIDEN mendatang sebagai bentuk perlawanan.

Tentang KomitePolitikAlternatif

Adalah gerakan alternatif secara nasional yang mengambil sikap dan posisi tegas dalam PEMILU 2014 sekaligus memberi arah pada perjuangan rakyat.

Organisasi-organisasi pembangun dalam Komite Politik Alternatif
  1. KP SGBN
  2. KP SGMK
  3. SMI
  4. PPR
  5. PPI
  6. KPO PRP
  7. FPBI
  8. SBMI
  9. Pembebasan
  10. Frontjak
  11. GSPB
  12. Sebumi
  13. GRI
  14. SPRI
  15. LIPS
Lawan Pemilu 2014
JAKARTA - Sejumlah kelompok buruh di Jakarta mengeluarkan manifesto menolak Pemilu 2014. Mereka menilai partai dan caleg yang mengikuti Pemilu tidak mempunyai program yang berpihak pada buruh dan masyarakat.

Manifesto ini ditandatangani 16 kelompok buruh di Jakarta seperti: Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Pembebasan, KPO PRP (Partai Rakyat Pekerja).
Para buruh ini akan melakukan aksi serentak secara nasional pada akhir Maret 2014 dengan melakukan pemasangan seribu poster di puluhan kota sebagai ajang sosialisasi bagi rakyat untuk menolak Pemilu.
Aksi ini dilakukan karena partai di Indonesia dipandang tidak membuka diri kepada figur-figur rakyat kecil sebagai figur alternatif.
"Kami kecewa karena rakyat tak pernah diberikan tempat, maka kami akan melakukan aksi dengan membawa simbol-simbol pejuang rakyat seperti Wiji Thukul, Marsinah, Munir dan figur pejuang rakyat yang lain" ujar Suryana dari KPO PRP.
Suryana dalam konferensi pers Senin (10/3) juga menyatakan bahwa Pemilu 2014 bukanlah Pemilu rakyat.
“Kalaupun Pemilu diselenggarakan, kami yakin Pemilu besok tak akan membawa perubahan apa-apa, justru makin tidak memberikan tempat untuk rakyat” tambah Suryana.
Mereka menambahkan, seharusnya para caleg dan partai menghapus utang, memberikan subsidi untuk buruh dan rakyat sekaligus melakukan perlindungan pada hak-hak Ekonomi, sosial, budaya bagi masyarakat. (KBR68H)
Aksi Hari perempuan internasional 2014

KORAN MIGRAN, JAKARTA - Tahun 2014 adalah tahun dimana pemilu akan digelar, tak banyak yang berubah dari pemilu sebelumnya yang berbagai produk kebijakan ekonomi politiknya diambil berdasarkan kepentingan pemilik modal dan investor yang puluhan tahun merampas kekayaan dan sumber daya alam Indonesia. Yang membuat rakyat Indonesia kelaparan di lumbungnya sendiri, yang membuat perbudakan modern melalui sistim kontrak dan outsorching, yang membuat rakyat perempuannya tereksploitasi fisik dan isi kepalanya, yang mengambil banyak keuntungan dari politik upah murah. Partainya, capresnya, calegnya mayoritas berasal dari kalangan pejabat dan mantan pejabat yang korup, pengusaha, intelektual oportunis dan elit militer (jenderal-jenderal) yang punya sejarah pelanggaran HAM. Maka pemilu tahun ini hanya akan jadi ajang pemilu borjuasi yang jelas tidak akan menghasilkan pemerintahan yang berpihak pada rakyat karena komposisinya makin menguatkan bagaimana pemerintahan kapitalis-militeristik akan makin menindas rakyat, akan memangkas kesejahteraan dan hak demokrasi rakyat serta berbagai kebijakan pasar bebas. Pelajaran dari kondisi ekonomi-politik Indonesia saat ini adalah cerminan bahwa pemilu 2014 pun tidak akan menghasilkan perubahan yang berpihak rakyat.

Situasi seperti ini sudah cukup sebagai landasan bahwa sudah saatnya penyatuan gerakan untuk kembali memperjuangkan kesetaraan, demokrasi dan hak-hak ekonomi-politik rakyat secara bersama-sama oleh kaum perempuan dan rakyat. Karena, akar persoalannya adalah sama yaitu Kapitalisme dan bernasib sama sebagai rakyat Indnesia yang ratusan tahun dijajah sejak kolonialisme dan VOC datang dengan dalih berdagang hingga kapitalisme industry dan finansial saat ini. Yang tujuannya adalah sama yaitu: merampas sumber daya alam dan tenaga manusia dan pasarnya untuk melanggengkan kapitalisme yang walaupun terbukti gagal dan sering krisis tapi pemerintahan ini terus berupaya mempertahankannya.

Berkaitan dengan International Womens Day (IWD) atau hari perempuan internasional tahun ini adalah momentum yang tepat untuk menyemangati dan menggerakan kembali perjuangan kaum perempuan dan rakyat untuk kembali menyatukan perjuangannya .

KOMITE PERJUANGAN PEREMPUAN dan RAKYAT mengundang dan mengajak semua kaum perempuan untuk terlibat dalam Aksi Massa dan Panggung Politik Perempuan & Rakyat yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Maret 2014.

Titik Kumpul dari aksi ini di Patung Kuda (Gedung Indosat) pada pukul 09.00 - 13.00 dengan mengambil rute: Patung Kuda - Istana.

Acara kemudian dilanjutkan ke Taman Ismail Marzuki pada pukul 13.30 dengan acara Panggung Politik Perempuan dan Rakyat (Orasi Politik, Teater, Puisi, Musik Perlawanan, dll).

Perempuan & Rakyat Bersatu Lawan Kapitalisme, Elit Politik Borjuasi, Militerisme, Patriarki & Rezim Anti Rakyat !
Gerakan Perempuan Untuk Perjuangan rakyat !
Bangun Alat Politik Alternatif Kerakyatan !

KOMITE PERJUANGAN PEREMPUAN dan RAKYAT
(KP-SGBN, SBMI, GRI, FRONTJAK, INDIES, GSBI, LIPS, KPO, PERPENI, GSPB, PPR, BMPA, LAKI P45, PEMBEBASAN, SEBUMI, SPRI)

Kontak person
Sultoni: 021-96041547, Wanti: 085811254638, Fitri: 085691961968, Ramses: 081364578636
stop kriminalisasi buruh

KOREA - Selasa depan menandai akhir dari tahun pertama di kantor untuk President Korea Selatan Park, Geun-hye.

Pada hari itu, konfederasi serikat buruh Korea Selatan (KCTU) akan mengadakan "pemogokan rakyat" nasional bersama-sama dengan gerakan sosial yang lebih luas termasuk organisasi petani, kaum miskin kota, penjaga toko kecil, mahasiswa, dan pemuda.

Mereka akan berbaris di bawah slogan "Setelah satu tahun di bawah Pemerintah Park, kita tidak tahan lagi!"

Hak asasi manusia dan serikat pekerja telah diserang dan demokrasi di negara ini telah dirusak sejak Park berkuasa.

Mengorganisir pemogokan di Korea Selatan bagi President Park adalah semakin berbahaya. Represi menjadi norma. Serikat pekerja berada di bawah serangan.

Serikat Pekerja Guru Korea Selata dinyataka tidak sah dan Serikat Pekerja Karyawan Korea Selatan ditlak pendaftarannya. Gedung serikat pekerja digerebek. Ada sebelas pemimpin serikat buruh di balik jeruji besi saat ini, beberapa dari mereka masih menunggu persidangan, beberapa sudah divonis. Empat baru saja ditebus untuk sidang nanti.

Demi solidaritas dengan 15 pemimpin serikat yang penjara atau dalam jaminan, KCTU dan gerakan serikat buruh global menyerukan pembebasan semua aktivis serikat buruh yang dipenjara.

Itu sebabnya Konfederasi Serikat Buruh Internasional telah meluncurkan kampanye baru ini pada LabourStart:


Ini akan membawa Anda kurang dari satu menit untuk menunjukkan dukungan Anda untuk saudara-saudara kita di garis depan dalam perjuangan untuk demokrasi di Korea.

Setelah Anda menandatangani kampanye, jangan berhenti di situ – sebarkan kepada rekan kerja dan anggota serikat.
Posisi Kritis Buruh terhadap Pemilu Indonesia tahun 2014

JAKARTA - Sekber buruh bersama organisasi rakyat lainnya pada tanggal 1 Maret berkumpul mendiskusikan pemilu 2014 yang sebentar lagi akan tiba. Partai-partai borjuis memang telah meluncurkan banyak tipu muslihatnya, tapi dengan gagasan diskusi bareng ini, Sekber Buruh berinisyatif mengundang puluhan pimpinan organisasi rakyat untuk menyatakan pandangan dan posisinya terhadap elit politik di negeri ini. Dengan tema “Pemilu 2014: Pemilu Rakyat Atau Pemilu Borjuis?”, Sekber Buruh mencoba mengupas segi-segi pemilu yang tidak pernah menjawab persoalan-persoalan rakyat.

Diskusi yang dipandu Ramses dari Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) tersebut menghadirkan 5 orang pembicara yaitu Sultoni yang merupakan kordinator Sekber Buruh sekaligus mewakili Kongres Politik Organisasi Perjuangan Rakyat Pekerja (KPO PRP), Adi dari Persatuan Perjuangan Indonesia (PPI), Surya dari Partai Pembebasan Rakyat (PPR), Abednego dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan Marlo dari Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI).

Sebelum diskusi dimulai, Ibob dari Serikat Kebudayaan Masyarakat Indonesia (Sebumi) membacakan 2 buah puisinya yang menyinggung semua calon-calon yang akan maju dalam pemilu mendatang. Ibob juga memberikan poster-poster bertema Golput sebagai bahan-bahan yang siap dia perbanyak nantinya.

Sekitar tiga setengah jam berlangsung, para pembicara dan peserta diskusi sepertinya sudah memiliki pandangan yang hampir seragam tentang bahwa pemilu 2014 adalah pemilu nya para pemodal (borjuis) dan tidak adanya alternatif bagi rakyat. Namun beberapa pembicara maupun peserta mengakui terdapat kerumitan dari aspek-aspek yang ada dalam pemilu, sehingga harus memberi pola dan titik tekan tertentu pada cara melihat pemilu dan bagaimana harus meresponnya.

Adi misalnya, memberi tekanan pada beberapa calon yang berasal dari gerakan rakyat yang maju melalui partai-partai yang ada dengan alasan pembelajaran atau sekolah politik tidak dapat dibenarkan. Menurutnya, tempat sekolah yang buruk akan menghasilkan produk yang buruk. Sedangkan Sultoni, selain menekankan pada kartel politik partai-partai yang bobrok dalam pemilu 2014 nanti, juga menyasar bagaimana rakyat tidak punya hak demokratis nya dalam mengontrol, mengevaluasi dan mencopot wakilnya ketika terpilih nanti. Ini alasan Sultoni untuk menyerukan agar tidak berkompromi kepada partai-partai pemodal sebagai landasan pembangunan partai alternatif.

Abednego sedikit berbeda. Walaupun tidak melihat pemilu 2014 sebagai sarana penyelesaian masalah rakyat dan perlu membawa aspirasi golput, dia menekankan bagaimana mengelola golput agar tidak menguntungkan calon-calon yang lebih buruk. Abednego juga melihat diperlukannya “gerakan tagih janji” bagi rakyat yang masih terilusi dengan janji dan program para calon. Sedangkan Surya, melihat gerakan alternatif perlu menitikberatkan serangan pada calon-calon yang tidak demokratis dan menyasar pendukung-pendukung nya bagi pembukaan ruang demokrasi yang lebih luas. Marlo yang berbicara terakhir seakan menutup pembicara-pembicara sebelumnya yang sudah mengatakan tentang perlunya menyertakan penolakan pemilu dengan seruan pembangunan partai alternatif. Bagi Marlo, perlu menantang setiap organisasi rakyat untuk membangun partai alternatif yang benar-benar lahir dari rakyat.

Diskusi lebih hangat saat seorang peserta dari Frontjak menekankan tentang perlunya memunculkan figur-figur gerakan rakyat sebagai faktor yang mempercepat pembangunan partai alternatif pada massa luas. Hal ini pun mendapat tanggapan yang beragam tentang kaitan antara figur, program dan metode politik dalam pembangunan partai alternatif.

Bukan hanya itu, dalam diskusi ini juga sempat hadir tawaran-tawaran kongkret yang akan dilakukan dalam Pemilu 9 April mendatang. Ada yang mengusulkan untuk datang dan mencoblos semuanya. Ada yang mengusulkan mencoret kertas suara dengan program dan tuntutan kerakyatan. Ada juga yang mengusulkan memasang bendera di rumah atau memasang poster di tiap TPS. Tentunya diskusi tersebut tidak punya hak untuk memutuskan aspirasi yang berkembang.

Bagaimanapun diskusi harus diakhiri, selanjutnya seluruh peserta bersepakat merekomendasikan sebuah komite sebagai respon terhadap pemilu 2014. Moderator diskusi, Ramses pun menyerahkan kesepakatan semua peserta pada forum diskusi. Setelah istirahat sebentar, semua peserta  kemudian melanjutkan pertemuan lebih serius lagi dalam rapat pembentukan komite bersama ini. Hampir malam, rapat selesai tentu saja juga dengan saling lempar pendapat tukar pengalaman dan saling mengkritisi dan memberi masukan. Hasilnya, semua peserta sepakat membentuk Komite Politik Alternatif sebagai langkah maju untuk membangun partai alternatif - partai rakyat.
Kondisi BMi di Perbatasan


SBMI, Tanjungpinang - Ratusan BMI berbaris  menerima jatah makan siang di penampungan yang dikelola oleh Pemkot Tanjungpinang. Sekitar 408 orang BMI tersebut dipulangkan dari Malaysia lewat Tanjungpinang (ant)
Kecelakaan Pelaut Bali

SBMI, Denpasar - Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Mengwi, Kabupaten Badung, yang menjadi anak buah kapal pesiar Constellation I Nyoman Gede Bagiada dikabarkan tewas dengan cara menceburkan diri saat berlayar dan kejadian itu terekam dalam kamera pengawas. 

"Kami telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri RI dan telah dilakukan pencarian oleh petugas pemantau laut Amerika Serikat, namun tidak ditemukan," kata Kepala Balai Pelayanan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia BP3TKI di Denpasar I Wayan Pageh, Jumat (21/2).

Menurut dia, berdasarkan laporan yang diterima dari Kepolisian Fort Lauderdale, Florida, dan ditembuskan kepada Kementerian Luar Negeri RI, kejadian tersebut diketahui terjadi pada 29 Januari 2014 sekitar pukul pukul 02.00 dini hari waktu setempat saat kapal pesiar tersebut berlayar di perairan Selat Yucatan, atau di antara perairan Meksiko dan Kuba, sekitar 300 mil dari Amerika Serikat.

Dari keterangan yang diterima pihak BP3TKI dari Kementerian Luar Negeri RI tertanggal 12 Februari 2014 itu, disebutkan bahwa berdasarkan penyelidikan pihak kepolisian setempat, pria yang bekerja di bagian juru masak itu sengaja menceburkan diri ke laut yang terekam langsung kamera pengawas atau closed circuit television (CCTV).

Dari surat Kemenlu RI dengan nomor 03180/WN/02/2014/65 dan ditandatangani Direktur Perlindungan WNI dan BHI, Tatang Budhie Utama Razak itu disebutkan bahwa pihak kepolisian dari US Coast Guard, jasad pria dari Banjar Serangan, Desa Mengwi, Kabupaten Mengwi itu tidak ditemukan mengingat ia terjun dari ketinggian sekitar 45 meter dan kemungkinan terhisap gelombang akibat baling-baling kapal.

BP3TKI Denpasar sendiri mengetahui kejadian itu dari surat elektonik PT Ratu Oceaniaraya tertanggal 3 Februari 2014 dan surat dari PT Cipta Wira Tirta mengenai informasi hilangnya anak buah kapal dari Pulau Dewata. [Ant] - See more at: http://city.seruu.com/read/2014/02/21/203876/tki-bali-tewas-saat-berlayar-dengan-kapal-pesiar#sthash.mACn9b0p.dpuf
KBRI, Jenazah

SBMI, KUALALUMPUR - Kedutaan besar RI di Malaysia Jumat memulangkan lima jenasah WNI yang menjadi korban kapal tenggelam . Korban meninggal akibat kapal yang mengangkut sekitar 25 penumpang, sebagian besar WNI, tenggelam diduga karena kelebihan penumpang dan akibat cuaca buruk.

"Dua jenasah yang terdiri dari satu dewasa dan satu anak-anak dikirim ke Medan dengan menggunakan penerbangan Malaysia Airlines MH 860 dari KLIA langsung menuju Polonia Medan," kata minister counsellor Pensosbud (penerangan sosial dan budaya) KBRI Widyarka Ryananta, Jum'at.

Satu jenasah laki-laki dewasa dan dua jenasah perempuan masih anak-anak akan dikirim ke Pekanbaru dengan menggunakan Garuda Airlines GA819 dari KLIA ke Jakarta kemudian dilanjutkan dengan pesawat Garuda GA 176 dari Jakarta ke Pekanbaru, Riau.

Ke lima jenasah tersebut merupakan korban kapal tenggelam. Kapal itu membawa sekitar 25 penumpang, sebagian besar warga Indonesia, yang keluar secara ilegal dari Malaysia menuju Sumatera, Indonesia, pada 1 Juli 2010.

Kapal yang kelebihan penumpang itu berangkat dari Port Dickson menuju Tanjung Balai, namun terbalik akibat kelebihan muatan dan cuaca buruk. Tujuh dari penumpang selamat dan sekitar 13 orang dinyatakan hilang. (republika)
Penyeludupan orang di perairan batam

KORAN MIGRAN, Batam - Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), Selasa, 12 November 2013, sekitar pukul 10.15 WIB, menyelamatkan 248 orang BMI di perairan Selat Singapura. Mereka berangkat dari Tanjung Ayam, Johor Bahru, Malaysia hendak pulang menuju Nongsa, Batam, menggunakan sebuah kapal speedboat fiberglass.


Kepala Bagian Humas dan Protokol Bakorkamla Kolonel Laut (L) Edi Fernandi menjelaskan, penangkapan kapal pengangkut TKI tersebut berawal dari kecurigaan tim patroli KN Bintang Laut 4801 yang sedang melakukan pemantauan di di perairan tersebut. "Kapal tersebut mencurigakan karena jumlah penumpang yang diangkut sangat banyak,” kata Edi kepada media, Selasa, 12 November 2013.

Kapal tanpa nama dengan panjang 15 meter itu hanya dilengkapi 60 tempat duduk, Namun penumpang yang diangkut mencapai 248 orang, terdiri atas 188 pria dan 60 perempuan. Ada pula 12 orang anak buah kapal. “Orang-orang itu seperti ikan pepes saja di atas kapal,” ujar Edi.

Menurut Edi, para BMI yang diduga ilegal tersebut akan dimintai keterangan sebelum diserahkan kepada Dinas Sosial Kota Batam untuk penanganan lebih lanjut. Alasannya, pengangkutan oleh kapal tersebut menyalahi aturan.
Kondisi BMI di jeddah

Khotijah binti Hosen meninggal dunia pada Selasa, 14 Januari 2014, sekitar pukul 16.00 waktu setempat. Khotijah sempat dilarikan ke rumah sakit, ketika ditemukan tidak sadarkan diri dengan mulut berbusa di Tarhil, Senin malam lalu.

Para buruh migran overstayed terpaksa menggedor pintu dan jendela sekuriti untuk menarik perhatian agar si ibu segera dibawa ke rumah sakit. Butuh waktu 30 menit agar sekuriti datang.


Khotijah meninggal dunia di Rumah Sakit Malik Pahad, Jeddah, meninggalkan bayi berusia empat bulan bernama Raihan.

Konsul Penerangan KJRI Jeddah, Syarif Shahabudin, mengatakan masih mencari kebenaran soal berita tersebut. “Sampai saat ini masih dalam proses klarifikasi kebenaran beritanya,” kata Syarif kepada media.

Dia menambahkan, pemulangan TKIO masih terus dilakukan. Hari ini, 339 TKIO dipulangkan. Sedangkan jumlah terakhir TKIO di Tarhil Sumaysi masih dalam pendataan.

Klarifikasi KJRI Jeddah
Konsulat Jenderal Republik Indonesia Jeddah membantah kabar meninggalnya seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) bernama Khotijah binti Hosen di ruang 20 H penampungan imigrasi Tarhil Sumayshi, Jeddah, Arab Saudi.

“Dari koordinasi dengan pihak Tarhil Sumayshi, diperoleh konfirmasi bahwa tidak terdapat laporan WNI overstayerperempuan yang meninggal dunia di anbar (ruang) 20 H sebagaimana yang diberitakan,” demikian siaran pers KJRI Jeddah.

Menurut KJRI Jeddah, berdasarkan informasi dari pihak Tarhil Sumayshi, Senin, 13 Januari 2014, pada pukul 24.00, terdapat WNI yang dibawa ke rumah sakit karena tidak sadarkan diri. Berdasarkan penelusuran KJRI Jeddah, dengan sejumlah pengecekan di rumah sakit, diketahui bahwa WNI yang disebut-sebut meninggal dunia adalah Siti Azizah, bukan Khotijah binti Hosen.

“Data diri yang bersangkutan, kecuali nama, sama dengan yang diberitakan di media massa. Siti Azizah berasal dari Cirebon, memiliki seorang balita berusia 6 bulan bernama Reihan Alfariszki dan baru masuk ke Tarhil Sumayshi pada tanggal 1 Januari 2014 lalu,” ungkap KJRI dalam siaran persnya.

KJRI Jeddah menemukan Siti Azizah dalam kondisi koma dan sedang dirawat akibat gangguan pernapasan akut yang sudah diderita sejak sebelum masuk Tarhil Sumayshi di Rumah Sakit Al Tsaghar, bukan Rumah Sakit Malik ataupun King Fahad sebagaimana diberitakan media massa.

KJRI juga telah menghubungi Taufik, suami Siti Azizah yang juga berstatus overstayer yang tinggal dan bekerja di Jeddah. Anak Azizah, Reihan, dikabarkan dalam keadaan sehat dan dalam pantauan petugas Tarhil Sumayshi serta WNI lainnya di anbar 20. Pihak keluarga Azizah di Cirebon juga sudah dihubungi.

KJRI Jeddah meminta semua pihak untuk melakukan klarifikasi jika memperoleh informasi mengenai situasi di Tarhil Sumayshi agar tidak menimbulkan kebingungan dan keresahan, khususnya bagi keluarga TKI. (tempo)
BMI korban pengiriman ilegal

SBMI, Singapore - Berikut kami coba mencari kasus-kasus kecelakaan akibat proses pengiriman dan pemulangan Buruh Migran Indonesia secara Ilegal. 
--------------------------------------

Sahara, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Kediri dikabarkan tewas tenggelam di laut Singapura.


Lelaki asal asal Desa Ponggok, Kecamatan Mojo meninggal setelah kapal tongkang yang ditumpanginya pecah.

Kabar yang diterim keluarga korban, peritiwa nahas itu terjadi pada 13 Januari 2013 lalu. Saat itu, korban bersama sekitar 30 orang lainnya pulang dari Malaysia. Mereka naik kapal tongkang. Tetapi di tengah lautan, kapal tongkang pecah dan tenggelam. Hingga akhirnya korban terdampar di perairan Singapura.

Rencana, janazah Sahara akan dipulangkan ke tanah air, Jumat (25/01/2013) hari ini.

Juru bicara Polsek Mojo, Muhaimin membenarkan kejadian itu. Tetapi hingga kini pihaknya belum mengetahui persis rencana pemulangan jenasah korban. Polisi masih terus koordinasi dengan pihak KBRI di Singapura terkait pemulangan jenasah ke tanah air.

“Kami sudah datang ke pihak keluarga korban. Kemudian juga terus berkoordinasi dengan KBRI terkait proses pemulangan jenasah. Semoga bisa segera sampai ke tanah air,” ungkap Muhaimin. (lensaindonesia)