sponsor

Select Menu

Data

OPINI

HUKUM

PENDIDIKAN

HOME » » Nur Apriani: Berharap Ibunya Satinah Bebas


Unknown 00:12 0

Nur Apriani
SBMI, Ungaran: Satu lagi TKI yang bekerja di Arab Saudi terancam dipancung. Koran Jakarta menemui keluarga Satinah, 39 tahun, salah satu dari TKI Indonesia yang bekerja di Arab Saudi yang terancam hukuman pancung. Rumahnya yang cukup jauh dan sederhana di Kampung Mrunten Wetan RT 02 RW 13, Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, 8 kilometer dari pusat kota Ungaran. 

Putri semata wayang Satinah, Nur Apriani, 17 tahun, bercerita pada tahun 2003 lalu ibunya berkeinginan untuk berangkat bekerja ke Arab Saudi menjadi TKI untuk membeli rumah sendiri. Harapan itu terus ada ketika Satinah pulang ke rumah pada tahun 2006 lalu. Namun, harapan besar itu musnah ketika pada tahun 2009 dirinya menerima kabar bahwa ibunya terancam hukuman pancung dengan tuduhan membunuh majikan perempuannya, Nura Al Gharib, dan mencuri uang 37.970 riyal milik majikannya itu. 

"Tidak mungkin ibu saya mencuri. Ibu orangnya baik kepada semua orang, suka menolong, dan rajin membaca Al Quran," kata Nur Apriani sambil terbata-bata. 

Dari sorot matanya tersirat kerinduan untuk bertemu dengan ibunya. Setiap hari, Nur selalu menangis mengharapkan mukjizat agar dapat berkumpul bersama kembali. Di kamarnya yang kecil, foto Satinah selalu berada di tempat tidur. Jika rasa rindu datang, foto wanita itu dipandanginya bersamaan dengan deraian air mata. 

Kakak kandung Satinah, Paeri (42 tahun), juga tidak sepenuhnya percaya jika adiknya mencuri bahkan tega membunuh majikannya di Arab Saudi. Dia mengenal adiknya sebagai perempuan pekerja keras dan sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya. 

"Untuk menghidupi keluarganya, dia menjadi pembatu rumah tangga, menjadi buruh cuci, dan membantu di sawah. Apalagi dia rajin membaca Al Quran. Saya yakin Satinah tidak melakukannya, kalau pun membunuh mungkin karena harus membela diri," ujarnya. 

Hal yang sama dikemukan Sulastri, 36 tahun, istri Paeri. Menurutnya, adik bungsunya tersebut sangat rajin bekerja dan memiliki sifat yang kalem. Selain baik, Satinah juga bertanggung jawab dan dipercaya saat dia bekerja. Hal itu terbukti saat menjadi pembantu di tetangga desa yang sangat senang dengan pekerjaan Satinah. 

"Mungkin karna upah yang didapat kecil, sehingga dia ingin bekerja menjadi TKI di Arab Saudi," katanya. 

Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengetahui bagaimana nasib Sutinah. Tahun 2009 dan akhir September 2011 Paeri mendatangi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) di Jakarta. 

"Mereka hanya mengatakan akan terus membantu dan mengupayakan Sutinah dapat kembali lagi ke Indonesia dengan selamat," ungkapnya. 

Hingga pada, 9 Oktober 2011, dirinya mendapat kabar bahwa Kemenlu bersama Satgas TKI telah berangkat ke Arab Saudi untuk mengupayakan pembebasan adiknya dari hukuman pancung. Nur Apriani, putri Sutinah, dan keluarga hanya bisa berdoa serta berharap agar pemerintah benar-benar membantu kepulangan ibunya ke Indonesia dengan selamat. 

"Saya tidak butuh apa-apa, saya hanya ingin ibu saya kembali dengan selamat," kata Nur Apriani.(Koran Jakarta)

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.