sponsor

Select Menu

Data

OPINI

HUKUM

PENDIDIKAN

HOME » » Keretakan Rumah Tangga Membawa Satinah ke Rantau


Unknown 00:27 0

Satinah, BMI Ungaran
SBMI, Ungaran; KEMILAU apa yang membuat para calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) silau dan akhirnya memutuskan untuk menjadi buruh migran di negeri orang?


Hong Kong, Malaysia atau Arab Saudi, tiga negara yang sering menjadi tujuan utama para calon pekerja, ternyata tak selalu membuat silau orang. Setidaknya itu yang dirasakan Satinah, karena menurut keluarganya, kepergian Satinah ke Arab Saudi semata-mata karena ingin membunuh sepi dan kesedihannya akibat keretakan rumahtangga yang dialami.

"Satinah itu orang yang sederhana, nrima dan tidak pernah berbuat jahat, jadi kepergiannya ke Arab Saudi itu karena ingin kaya atau apa, tapi karena untuk menghidupi anak dan keluarganya. Karena Nur Afriana anak satu-satunya, sejak jelas enam SD tidak pernah diurusi oleh bapaknya," cerita Jumroati, kakak ipar Satinah Jumat (14/10) saat ditemui Suara Merdeka CyberNews di rumahnya.

Di Dusun Mrunten, Kelurahan Kalisidi, Ungaran Barat, berdiri dua rumah berdampingan yang dihuni oleh keluarga kakak-kakak Satinah. Yakni Sugiman dan istrinya Jumroati, Feri dan istrinya Sulastri serta Nur Afriana, anak semata wayang Satinah.

Di Kalisidi itu pula Satinah dilahirkan 39 lalu. Sampai akhirnya ia dinikahi Nasruri, pemuda pesantren, dan melahirkan Nur Afriana yang kini menjadi siswa SMA 12 Semarang.

Namun kehidupan rumahtangga Satinah - Nasriri ini tidak harmonis, sampai akhirnya Satinah memutuskan untuk merantau ke negeri orang.

Tahun 2004, melalui sponsornya PT Djamin Harapan Abadi berangkatlah Satinah ke Arab Saudi dan bekerja sebagai pembantu rumahtangga. Dua tahun bekerja sebagai TKI memang cukup menafkahi keluarganya. Rumahnya di Mrunten dibangunnya. Bahkan saat itu hampir setiap bulan Satinah mengirim uang untuk suaminya.

Namun ketika uang sampai ke tangan suami, uang itu tak pernah jelas ke mana, "Kalau ditanya itu uang dari mana, suami Satinah selalu bilang itu hasil jualan sawah, padahal saya tahu persis itu kiriman istrinya," cerita Jumroati.

Tahun 2006, karena rindu, Satinah pernah pulang ke Ungaran, tapi sebulan kemudian memutuskan kembali lagi ke Arab Saudi. Namun kepergiannya yang kedua itu tidak melalui sponsor PT Djamin Harapan Abadi, tapi berangkat atas inisiatif sendiri.

Sampai di sana pun Satinah sudah berganti majikan, setelah itulah Satinah tidak pernah menelpon, sampai akhirnya terdengar kabar, persisnya setelah lebaran 2011 Satinah dipenjara atas tuduhan membunuh istri makikan.

Membela diri.

Masa kecil dilalui Satinah dengan penuh kedamaian khas keluarga desa. Menurut Jumroati, Satinah itu tergolong anak yang manut, nrima, dan tidak ada perangai jahat. "Jadi sangat tidak mungkin kalau dituduh membunuh istri majikannya di Arab. Kalau memang terbukti membunuh, itu karena dia membela diri," timpal Sulastri, kakak ipar Satinah.

Jumroati, kakak ipar yang tertua mengaku amat dekat dengan Satinah, karena sejak kecil sudah berada dalam satu rumah. Itu sebabnya Jumorati-lah yang paling shock saat mendengar adik iparnya itu dipenjara dan bahkan terancam hukuman pancung. "Ya, Allah dengarlah doa kami ini, Satinah itu tidak bersalah karena anaknya baik," kata Jumroati sambil terus menangis.

Saat ini adalah saat penantian mendengar kabar dari Satgas TKI yang masih mengupayakan melaui Kementerian Luar Negeri agar Satinah terbebas dari ancaman hukuman pancung di Arab Saudi.

Sebelumnya, pekan lalu, Nur Afriana anak semata wayang Satinah ditemani Feri, kakak kandung Satinah diajak satgas TKI dan Migran Care untuk menghadap Kementerian Luar Negeri terkait dengan vonis mati Sarinah oleh Pemerintah Arab Saudi.

Bahkan saat itu keluaga Satinah menitipkan secarik surat dan sebuah kerundung untuk Satinah yang sedang mendekam di penjara. "Surat dan kerundung itu kami titipkan Satgas TKI yang katanya mau dibawa ke Arab," kata Sulastri.

"Kami masih menunggu kabar dari rembugan yang kemarin dilakukan Satgas TKI dengan pihak kemeterian, dimana di situ suami saya Feri ikut diajak rembugan" kata Sulastri kakak ipar Satinah.

Disaat menunggu kepastian itulah yang membuat seluruh anggota keluarga amat merasakan sedih. Lihat saja Jumroati yang mengaku tidak doyan makan. Terlebih jika jika melihat keponakannya Nur sering melamun, dan menanyakan kabar ibunya yang sedang dipenjara.

Satinah memang tidak sendiri. Masih ada 4 TKI lain yang nasibnya sama dengannya, seperti Tuti Tursilawati, Siti Zaenah, dan Darwati. Inilah para terpidana mati yang masih diupayakan untuk diluputan eksekusinya oleh pemerintah Indonesia kepada pemerintah Arab Saudi. (Suara Merdeka)

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.