sponsor

Select Menu

Data

OPINI

HUKUM

PENDIDIKAN

HOME » » Ibunda (Maxim Gorky), Sinopsisnya


Unknown 20:59 0

“Marilah kita mengangkat suara untuk memujikan wanita, Ibunda, sumber seluruh penaklukan kehidupan tak habis-habisnya!…Marilah bernyanyi untuk memujikan wanita, Ibunda, satu-satunya kekuatan terdahulu di mana kematian menunduk merendahkan kapalanya!…” (Gorky, Hikayat dari Italia)

IBUNDA, merupakan sosok perempuan yang hidup di masa Revolusi Demokratik berlangsung di Rusia, sekitar awal abad 20. Ia hidup di tengah peluit pabrik yang menjerit-jerit di atas perkampungan buruh yang kumuh. Menikah dengan Michail Wlassow, laki-laki peminum berat, yang berlaku amat kejam terhadapnya.

Keadaan berubah ketika suaminya meninggal dan Pawel, anaknya menjadi aktivis buruh dan terlibat dalam gerakan politik pada waktu itu. Rumah Ibunda dijadikan anaknya pusat membangun kesadaran dan tindakan revolusioner kawan-kawannya. Di tengah situasi itulah kesadaran Ibunda terbuka dan menginsyafi siapa dirinya – yang selama ini tak pernah ia kenal kecuali ketakutan dan kesengsaraan.

Keinsyafan itu membangun cinta kasihnya kepada semua anak-anak muda yang sedang berjuang meretas jalan kebenaran dan akal untuk menerangi dunia dengan sorga baru. Cinta kasih ibunda menyinari perasaan-perasaan tersulit anak-anak selama menghadapi represi kekuasaan Tsar. Ia dengarkan mereka bicara, ia sediakan makanan dan minuman, ia buatkan kaus kaki, sambil ia resapi pengertian “majikan dan tuan tanah yang mengisap darah orang kecil” dalam spirit religiusnya.

Ketika Pawel dan anak-anak itu satu-persatu ditangkap bahkan disiksa di depan matanya, Ibunda terjun ke kancah revolusi dengan peranannya sebagai pendistribusi pamplet ke kalangan buruh dan tani. Kemudian ia dituduh pencuri oleh seorang mata-mata, dan saat sedang ditangkap polisi militer dengan kekerasan, ia teriakkan, “bahkan samudera pun takkan mampu menenggelamkan kebenaran.”

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.