Release Sekber Buruh: Tolak Kekerasan, Pembunuhan dan Pelanggaran HAM di PAPUA!
Unknown
02:18
0
Sekber Buruh |
Eskalasi kekerasan di Papua semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir ini? Teror, kekerasan dan ancaman menjadi wajah keseharian kehidupan masyarakat di Papua. Sepanjang bulan Mei – Juni saja, sebanyak 25 orang meninggal dunia dan 5 orang luka-luka akibat ditembak secara "misterius".
Situasi yang seharusnya menjadi perhatian serius Presiden, ternyata hanya ditanggapi dengan pernyataan bahwa yang terjadi di Papua hanya dalam ‘skala kecil dan korban yang limited’. Nyawa-nyawa yang hilang, bahkan sejak Papua berintergrasi dengan Indonesia, dianggap 'skala yang kecil'. Jumlah penduduk Papua yang terus menyusut, Mama-mama dan perempuan-perempuan Papua yang diperkosa, kehilangan anak, suami, saudara, juga dianggap 'skala yang kecil'.
Sementara respon yang diberikan justru dalam skala besar: penambahan pasukan dan operasi-operasi militer, komando-komando teritorial, serta pos-pos kemanan. Tentara dan para pasukan bersenjata wara wiri di pemukiman-pemukiman pendudukan, gereja-gereja, pasar-pasar, dan sekolah-sekolah, menyebar keresahan dan ketakutan warga.
Presiden dengan mudahnya hanya menuduh bahwa separatis lah di balik serangan yang beruntun di Papua. Suatu tuduhan yang gampang-gampangan dan cari kambing hitam yang bertujuan untuk kembali mendeskreditkan orang Papua.
Presiden justru menyalahkan orang Papua yang, padahal, telah menjadi korban dalam situasi ini..
Sumber-sumber penyebab kekerasan di Papua tak pernah mau dan bisa diselesaikan pemerintah dan aparatus negara di Indonesia. Sumber-sumber penyebab tersebut adalah: ketidakadilan ekonomi terhadap orang-orang asli Papua sejak PT. Freeport beroperasi, penambahan pasukan dan operasi-operasi militer yang mengikutinya, persoalan sejarah politik integrasi Papua yang tak pernah mau dievaluasi dan diperiksa dengan jujur. Sehingga separatisme, dan kekerasan bukanlah sebab, melainkan akibat, yang diatasi bukan melalui dialog demoktatis dan partisipatif, melainkan dengan kekerasan militeristik.
Saat ini solusi penyelesaian damai Papua untuk kemanusiaan hanya ada di tangan rakyat Indonesia dan rakyat Papua yang saling tolong menolong dalam kebaikan dan solidaritas. Solidaritas seluruh rakyat yang menjadi korban adalah kunci bagi Papua yang damai, Papua yang sejahtera dan bermartabat. Tak ada Indonesia yang demokratis dan sejahtera tanpa Papua yang demokratis dan sejahtera.
Atas segala tindak kekerasan dan pelanggaran HAM yang terjadi di Papua, kami, Sekretariat Bersama Buruh (SEKBER Buruh), mewakili rakyat Indonesia yang berani melawan dan bersolidaritas menuntut:
- Hentikan segala bentuk kekerasan terhadap rakyat dan aktivis di Papua.
- Tarik Militer non organik dari Papua.
- Tangkap dan adili tentara dan polisi pelaku pembunuhan dan penembakan.
- Bebaskan rakyat dan aktivis Papua yang saat ini di penjara (Filep Karma, Buchtar Tabuni, dll)
- Membentuk tim pencari fakta independen untuk menggelar penyelidikan secara cepat, efektif agar dapat mengungkap kebenaran dan membawa pelaku ke dalam proses hukum.
- Laksanakan dialog seluas-luasnya secara terbuka, demokratik, dan bebas dari tekanan/represi oleh dan untuk rakyat Papua dibawah pengawasan lembaga nasional dan internasional yang independen.
Dalam kesempatan ini kami, SEKBER Buruh, menyerukan kepada seluruh rakyat untuk menyatakan sikap bersolidaritas dan melawan tindak kekerasan terhadap rakyat Papua, berani melawan militerisme dan kapitalisme.
Jumat, 15 Juni 2012
Sekretariat Bersama Buruh
(SEKBER BURUH)
CATATAN PERISTIWA KEKERASAN DI PAPUA 2012
Penyerangan oleh anggota TNI Batalyon Infantri 756/Wamena terhadap warga Kampung Honay Lama Wamena Jayawijaya, Papua, Rabu, 6 Juni 2012, pukul 15.00 wit. Dalam penyerangan tersebut, aparat menyiksa 14 penduduk sipil, 1 orang meninggal dan 13 luka-luka kritis. Aparat membakar 1 unit mobil, 8 motor, 31 rumah milik warga, 24 bangunan rumah sehat, 9 tempat usaha (kios), dan merusak 2 mobil, dan 23 rumah. Penyerangan ini sebagai bentuk aksi balas dendam terhadap pengeroyokan 2 anggota TNI 756/Wamena yang dilakukan oleh warga Hanoy Lama sekitar pukul 12.30 wit. Dua anggota TNI dikeroyok oleh warga karena menabrak seorang anak berumur 10 tahun di jalan kampung. Tindakan pengeroyokan mengakibatkan 1 anggota TNI tewas dan 1 luka kritis.
Satuan Brimob Polda Papua menembak mati Melianus Kegepe, dan melukai Lukas Kegepe, Selvius Kegepe, Amos Kegepe, dan Yulianus Kegepe, pada hari Selasa, 15 Mei 2012, di Lokasi 45 Degeuwo, Desa Nomouwo, Distrik Bogobaida, Pania, Papua. Peristiwa berawal dari keributan antara Lukas dan kawannya dengan pemilik biliar di tempat biliar. Pemilik biliar menelpon pos Brimob. Tidak berapa lama berselang puluhan personil Brimob mendatangi lokasi dan langsung melakukan penyiksaan dan menembak para korban.
Tanggal 4 Juni 2012, aparat kepolisian membubar paksa demontrasi dan melakukan penyiksaan terhadap massa KNPB. Yesa Mirin, salahg seorang aktivis KNPB meninggal setelah dihajar dengan benda tumpul oleh personil polisi. Sementara Fanuel Taplo, kritis akibat luka tembak dibagian tangan kiri dan Ensan Sambolin mengalami patah tangan. Aparat kepolisian juga menangkap secara sewenang-wenang 43 orang massa KNPB.
Seorang warga, Yosias Tabuni tewas ditembak oleh personil polisi dari Polresta Jayapura di Jalan Sam Ratulangi Dok V Yapis Jayapura, 7 Juni 2012.
Tim khusus Reskrim Polda Papua dan Bareskrim Mabes Polri menangkap sewenang-wenang Buchtar Tabuni, Riber Weya dan Hengki Olaua, di Abepura, Jayapura, 7 Juni 2012. Aparat polisi menuduh ketiga petinggi KNPB terlibat dalam beberapa aksi kekerasan yang marak di Papua. Ketiga orang tersebut ditangkap usai mengadakan rapat dengar pendapat dengan DPR Papua.
Selain aksi kekerasan yang dilakukan secara terang-terangan oleh militer dan polisi. Kami juga menemukan serangkain aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tidak dikenal (OTK). Dalam catatan kami, OTK telah melakukan 18 kali aksi penembakan yang menewaskan 9 warga sipil dan melukai 23 orang dalam kurun waktu Januari sampai Juni 2012.
Beberapa catatan terbaru kasus penembakan warga sipil oleh OTK;
Penembakan terhadap Tri Sasono, warga asal Ngawi, Jawa Timur yang bekerja sebagai Satuan Pengamanan (Satpam) Supermaket Saga Abe. Korban ditembak saat sedang mengendarai sepeda motor Yamaha VEGA R nomor polisi DS 3816 AE di halaman gedung FKIP kawasan Kampus Universitas Cenderawasih, Abepura, Kota Jayapura, 10 Juni 2012.
Rabu 6 Juni 2012, sekitar pukul 21.00 WIT, Arwan Kusdini, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Komando Daerah Militer (KODAM) XVII/Cenderawasih juga tewas ditembak saat pulang dari Markas Kodam di jalan Walikota, kota Jayapura.
Iqbal Rivai dan Hardi Jayanto yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya ditembak oleh pelaku di daerah Pelabuhan Porasco Jayapura, 5 Juni. Kedua korban mengalami luka tembak di pinggang kanan tembus ke perut. Saat ini, kedua korban masih dirawat di RSUD Dok 2 Kota Jayapura.
Seorang pelajar SMA Alam Kudus Papua, Golberth Febrian Madika juga jadi sasaran penembakan OTK. Korban yang mengendarai sepeda motor Honda jenis Kharisma bernomor polisi DS 2544AN ditembak saat melintas di turunan Skyline, dekat Kantor Otonom, 4 Juni.
Kamis, 23 Juni 2012. Pemimpin gerakan KNPB MUSA alias MAKO TABUNI telah ditembak mati pada pukul 8:03 pagi WIT di Perumas III Waena oleh operasi gabungan polisi dan Densus 88.
No comments