sponsor

Select Menu

Data

OPINI

HUKUM

PENDIDIKAN

HOME » » Ribuan TKI di Malaysia Tidak Mau Kembali


Unknown 21:33 0

SBMI, Kuala Lumpur  - Ribuan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bermasalah di Malaysia, tidak mau kembali ke Indonesia, karena merasa lebih mudah mendapatkan pekerjaan di negeri jiran ini ketimbang harus menjadi pengangguran di kampung halamannya.

"Mereka yang tidak memiliki paspor atau visa masuk ke Malaysia, terpaksa harus `menyemut` di Kedubes RI di Kuala Lumpur untuk mengurus paspornya agar bisa mendapatkan pekerjaan di Malaysia," kata Dubes RI untuk Malaysia Herman Prayitno di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu.

Dubes Herman Prayitno mengemukakan fenomena TKI tersebut ketika menerima Ketua Forum Komunikasi Tenaga Kerja (ForkomNaker) Nusa Tenggara Timur Yoseph Ariyanto Tef`lopo Lu untuk membahas rencana pemulangan 82 tenaga kerja wanita (TKW) asal Nusa Tenggara Timur yang ditahan pihak imigrasi Malaysia sejak 3 Desember 2012.

Para TKW asal NTT ini direlokasi di sebuah lokasi penampungan sementara (shelter) imigrasi di Kuala Lumpur, karena sebagian dari mereka masih di bawah umur sehingga dinilai tak pantas untuk dijadikan sebagai tenaga kerja rumah tangga di negeri serumpun melayu itu.

Persoalan yang dihadapi para TKW asal NTT ini sudah dituntaskan semuanya oleh pihak Kedubes RI untuk Malaysia bersama pihak imigrasi negara itu. Para TKW itu akan dipulangkan ke Indonesia, Senin (28/1), dan akan diantar langsung oleh Duta Besar Herman Prayitno didampingi Ketua ForkomNaker NTT Yoseph Ariyanto Tef`lopo Lu.

Menurut Atase Kepolisian Kedubes RI untuk Malaysia Benni Iskandar, TKI/TKW yang dilaporkan bermasalah itu umumnya dari NTT dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak 2011 ketika Malaysia menjalankan program pemutihan atau moratorium.

"Mereka masuk ke Malaysia dengan menyewa perahu milik para nelayan di Batam untuk menerobos masuk ke Johor Baru. Jalur yang mereka lalui adalah Kupang-Surabaya-Batam atau Mataram-Surabaya Batam dengan pesawat terbang," katanya.

Menyebar

Benni Iskandar menjelaskan ketika para TKI/TKW ini sudah lama di Batam, mereka kemudian membuka jaringan dengan nelayan setempat untuk mengantar mereka ke Johor Baru.

"Setelah tiba di Johor Baru, para TKI/TKW kita mulai menyebar untuk mencari pekerjaan di Malaysia, baik sebagai pembantu rumah tangga maupun sebagai pekerja kasar di sektor perkebunan kelapa sawit," ujarnya.

Menurut Dubes Prayitno, jumlah TKI/TKW yang bermasalah ini cukup banyak di Malaysia. Namun pihaknya dengan setia melayani mereka untuk mendapatkan paspor ataupun visa agar bisa mendapatkan pekerjaan di Malaysia.

"Mereka tidak mau kembali ke kampung halamannya di Indonesia sebagai pengangguran, karena lapangan pekerjaan di Malaysia cukup tersedia dan Malaysia pun sangat membutuhkan tenaga kerja dari Indonesia," ujarnya.

Namun, ia mengharapkan agar TKI atau TKW yang ingin bekerja di Malaysia, hendaknya melalui prosedur resmi agar tidak memunculkan persoalan baru di perantauan.

Ketua Forkom Naker NTT Yoseph Ariyanto Tef`lopo Lu memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Duta Besar Herman Prayitno yang menyatakan kesediaannya untuk mengantar langsung para TKW asal NTT yang dinyatakan bermasalah kembali ke Indonesia.
 
Ariyanto berjanji akan melakukan pembinaan total kepada semua anggotanya yang nota bene memiliki perusahaan pengerah jasa TKI swasta agar lebih ketat lagi dalam menjaring tenaga kerja serta melakukan pembinaan-pembinaan sebelum dilepas ke pasar kerja. (Ant)

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.