Malaysia Diduga Jual Organ TKI : Badan Anak Saya Dijahit
Unknown
23:59
0
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--DUNIAterasa gelap bagi Haji Maksum. Pria 52 tahun itu dan istrinya sontak pingsan ketika mendapat kabar putra mereka, Herman (34), menemui ajal di Malaysia dengan cara sangat tragis.
Maksum menerima kabar duka putranya tewas di perantauan melalui kerabatnya yang tinggal di Malaysia.
"Begitu dapat kabar saya langsung pingsan. Nggak nyangka, anak saya pergi cari uang untuk anak istri tiba-tiba diberitakan mati," ujar Maksum kepada Tribun Jakarta di Kantor Kontras, Rabu (2/5/2012) kemarin.
Tiga TKI yang meninggal dunia adalah Herman, Abdul Kadir Jaelani dan Mad Noor yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Jenazah tiga TKI ini dipulangkan dari Malaysia pada tanggal 5 April lalu. Karena tak puas melihat kondisi jenazah, keluarga pun meminta dilakukan otopsi.
Ketiga TKI ditemukan sudah tak bernyawa di kolam pemancingan Seremben, negara bagian Negara Sembila, Malaysia pada 23 Maret lalu. Ada surat keterangan yang menyebutkan kematian ketiganya akibat luka tembak.
Namun di mata keluarga ada kejanggalan berupa jahitan yang terasa tidak wajar pada bagian mata, dada, perut bagian bawah. Sampai-sampai muncul dugaan kematian ketiga TKI itu akibat korban dari perdagangan organ tubuh manusia.
Maksum juga bercerita bahwa kondisi jenazah anaknya saat dipulangkan ke NTB sangat menyedihkan. "Badannya dijahit dari kiri ke kanan. Anak saya diperlakukan seperti kambing," keluhnya dengan wajah muram.
Maksum bercerita bahwa tepat seminggu sebelum anaknya tewas, Herman sempat menelepon dirinya. Karenanya, kabar duka Herman meninggal terasa begitu mengejutkan. Maksum dan istrinya langsung pingsan.
"Hari Sabtu malam tanggal 17 Maret saya ditelepon, dia bilang saya mau pergi mancing, dia sepertinya sehat dan ceria, tak banyak yang dikatakannya saat itu, jadi saya nggak ada firasat apa-apa," jelas Maksum.
Herman, Abdul Kadir Jaelani dan Mad Noon ditembus timah panas aparat karena diduga hendak merampok. Mereka juga dikatakan akan menyerang polisi dengan parang. Sayangnya pihak Malaysia, maupun Pemerintah Indonesia tak ada yang menghubungi keluarga korban setelah peristiwa itu terjadi.
"Tak ada yg menelpon kita, apa lagi minta maaf," tegas M Tohri (34), kakak Abdul Qadir Jaelani.
Tohri menuturkan, dua hari pasca meninggal adiknya tak ada instansi manapun yang memberi kabar jelas mengenai pemulangan Abdul Qadir. Karenanya, Tohri bersama dua keluarga korban lainnya melapor ke BP3TKI Lombok Barat, soal pengurusan kepulangan jenazah.
"Kami pinjam ambulance, mereka tak tahu dan hanya meminta data. Bahkan untuk ongkos pemulangan jenazah kami gunakan uang dari urunan keluarga. Satu keluarga dikenakan 3800 Ringgit Malaysia, itu bersih, pokoknya jenazah sampai di NTB," beber Tohri.
Kegeraman terhadap nasib tragis yang menimpa tiga TKI membuat Tohri dan dua keluarga korban lainnya menuntut pelaku pembunuhan ditangkap dan diadili, kalau perlu dihukum mati.
No comments